Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Hadapi Kemungkinan Terburuk, Rupiah di Ujung Tanduk

Indonesia Hadapi Kemungkinan Terburuk, Rupiah di Ujung Tanduk Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah berada di ujung tanduk dengan terdepresiasi di hadapan banyak mata uang pada Selasa, 8 September 2020. Pada perdagangan spot pagi ini, rupiah melemah di kisaran Rp14.750-an per dolar AS. 

RTI mencatat, sampai dengan pukul 09.55 WIB, rupiah terkontraksi -0,17% ke level Rp14.739 per dolar AS. Bahkan, pagi tadi rupiah anjlok hingga ke level terdalam di angka Rp14.751 per dolar AS.

Baca Juga: Perkasa Sampai Akhir, Rupiah Bikin Dolar AS Kocar-Kacir!

Bukan hanya itu, tiga mata uang global yang kemarin tunduk kepada rupiah hari ini justru berbalik menyerang. Alhasil, rupiah keok di hadapan dolar Australia sebesar -0,19%. Dua mata uang Eropa juga turut menekan, yakni euro (-0,09%) dan poundsterling (-0,04%). 

Sementara itu, pergerakan rupiah di tingkat regional terpantau variatif dengan kecenderungan tertekan. Sebagai mata uang paling lemah ketiga di Asia, rupiah unggul terhadap baht (0,11%) dan ringgit (0,08%). Selebihnya, rupiah tertekan oleh dolar Taiwan (-0,22%), yen (-0,16%), dolar Hong Kong (-0,16%), yuan (-0,09%), dolar Singapura (-0,07%).

Baca Juga: Sri Mulyani Beri Kabar, Rupiah Bar-Bar: Dolar AS & Global Bubar

Selain faktor teknikal, ada sejumlah sentimen yang membuat rupiah tertekan di hadapan banyak mata uang. Salah satu sentimen tersebut adalah kemungkinan terburuk, di mana ekonomi Indonesia jatuh ke jurang resesi pada kuartal ketiga tahun 2020. 

Seakan sudah siap menghadapi resesi, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menanggapinya dengan lebih tenang. Ia menyebut, kalaupun RI mengalami resesi, itu bukan berarti keadaan sangat buruk. 

"Kalau secara teknikal kuartal III ini kita di zona negatif, maka resesi terjadi. Namun, tidak berarti kondisinya sangat buruk karena kami lihat kontraksi lebih kecil dan menunjukkan ada pemulihan di bidang konsumsi dan investasi melalui dukungan belanja pemerintah di akselerasi cepat," pungkas Sri Mulyani pada Senin, 7 September 2020 kemarin. 

Sebagai pengingat, pada kuartal II lalu, ekonomi RI minus 5,3%. Jika pada kuartal III kembali minus, sudah dipastikan ekonomi Indonesia mengalami resesi, mneyusul negara-negara lainnya yang telah lebih dulu resesi akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: