Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Label Palm Oil Free: Informasi Menyesatkan!

Label Palm Oil Free: Informasi Menyesatkan! Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jika ditelisik lebih dalam, penggunaan label "Palm Oil Free" di sejumlah website search engine masih banyak ditemukan. Biasanya, mereka yang mencantumkan label ini secara gamblang menyebut kelapa sawit sebagai komoditas perusak lingkungan dan minyak sawit dapat merusak kesehatan jika dikonsumsi.

Sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia, Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Mahendra Siregar, menyebut jika hal itu bisa merugikan Indonesia.

Baca Juga: Biodiesel Sawit: Hemat Devisa dan Serap CPO Domestik

"Jika kita menempatkan isu label ini dalam konteks lebih strategis, yang dirugikan bukan stakeholders kelapa sawit, melainkan Republik Indonesia karena di belakangnya ada persepsi dan informasi menyesatkan dan merugikan pemerintah serta berbagai pihak yang terkait dengan kebijakan dan banyak hal terkait hukum dan peraturan di Indonesia," jelas Mahendra.

Dalam kesempatan itu, Mahendra menjelaskan upaya memasang label "Palm Oil Free" pada sejumlah produk makanan, minuman, kosmetik, dan barang konsumsi lainnya didorong oleh beberapa alasan. Meskipun demikian, tuduhan dan alasan tersebut berhasil dibantahkan lewat data dan kajian ilmiah yang telah banyak dilakukan.

"Misalnya, pada waktu lalu, label bebas kelapa sawit didorong faktor kesehatan. Namun, itu telah disangkal dan dibuktikan baik oleh lembaga nasional maupun multilateral, internasional bahwa itu tidak benar dan dapat menyesatkan konsumen," terang Mahendra.

Tidak hanya masalah kesehatan, pada aspek lingkungan, kelapa sawit sering kali dituduh bertanggung jawab terhadap penggundulan hutan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Mahendra mencurigai, tudingan tersebut merupakan salah satu bentuk proteksionisme yang dilakukan untuk melindungi komoditas unggulan negara lain tersebut.

Hal tersebut karena tudingan terkait penggundulan hutan dan deforestasi yang disuarakan tersebut tidak ditemukan pada hasil panen beberapa komoditas unggulan Uni Eropa seperti zaitun dan bunga matahari.

Lebih lanjut, Mahendra menegaskan, black campaign yang dinisiasi oleh sejumlah stakeholders tertentu tidak hanya cukup dilawan oleh pelaku usaha, tetapi juga seluruh kelompok masyarakat. Tidak hanya itu, evaluasi berbagai isu/kampanye negatif terhadap kelapa sawit serta cara yang strategis untuk melawan informasi yang menyesatkan tersebut perlu disusun lebih kompleks.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: