Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Utang Luar Negeri Indonesia Naik 3,9% Jadi Rp5.853 Triliun

Utang Luar Negeri Indonesia Naik 3,9% Jadi Rp5.853 Triliun Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mengumumkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir November 2020 tercatat sebesar USD 416,6 miliar setara Rp5.853 triliun (kurs Rp14.050 per USD).

Jumlah utang tersebut terdiri dari Utang Luar Negeri sektor publik atau utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 206,5 miliar dan Utang Luar Negeri sektor swasta, termasuk BUMN sebesar USD 210,1 miliar.

Baca Juga: Pandemi Belum Berakhir, Utang Luar Negeri RI Berkembang Biak Lagi Tembus...

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan Utang Luar Negeri Indonesia pada akhir November 2020 tercatat sebesar 3,9% (yoy) meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,3% (yoy).

"Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penarikan neto Utang Luar Negeri pemerintah. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai Utang Luar Negeri berdenominasi rupiah," kata Erwin dalam keterangan tertulis, Jumat (15/1/2021).

Utang Luar Negeri Pemerintah tumbuh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah pada akhir November 2020 tumbuh 2,5% (yoy) menjadi sebesar USD 203,7 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Oktober 2020 sebesar 0,3% (yoy).

"Perkembangan ini dipengaruhi oleh kepercayaan investor yang terjaga sehingga mendorong aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN), serta penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," katanya.

ULN Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang diantaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,8% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,6%), sektor jasa pendidikan (16,6%), dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8%), serta sektor jasa keuangan, dan asuransi (11,2%).

Sedangkan Utang Luar Negeri swasta tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pertumbuhan Utang Luar Negeri swasta pada akhir bulan November 2020 tercatat 5,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,4% (yoy).

Perkembangan ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan Utang Luar Negeri perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) dari 8,3% (yoy) pada Oktober 2020 menjadi sebesar 7,2% (yoy). Selain itu, Utang Luar Negeri lembaga keuangan (LK) mencatat kontraksi 1,4% (yoy).

Berdasarkan sektornya, Utang Luar Negeri terbesar dengan pangsa mencapai 77,0% dari total Utang Luar Negeri swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.



Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: