Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BPDPKS: Industri Seksi, Tak Heran Sawit Terus Diserang

BPDPKS: Industri Seksi, Tak Heran Sawit Terus Diserang Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kelapa sawit memang industri seksi terkait kontribusinya yang besar terhadap perekonomian nasional. Mengingat potensinya yang luar biasa, tidak heran jika banyak ancaman isu negatif yang menyerang komoditas ini dari berbagai lini sektor. Tidak hanya mendapatkan tekanan dari luar negeri, kelapa sawit juga diserang dari dalam negeri oleh pihak antisawit.

Maraknya atribut negatif yang dilekatkan terhadap kelapa sawit tentu sebagai akibat dari isu-isu yang tidak berdasarkan fakta objektif. Dampak dari penyebaran isu tersebut yakni munculnya persepsi negatif masyarakat baik secara domestik maupun global.

Baca Juga: Perhatian Jokowi Melalui Program Replanting Sawit

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, menjelaskan beberapa isu negatif tersebut, antara lain, anggapan bahwa perkebunan dan industri sawit merupakan penyebab hilangnya hutan tropis; sawit sebagai penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia; sawit sebagai penyebab hilangnya keanekaragaman hayati; minyak sawit tidak baik bagi kesehatan; isu penggunaan tenaga kerja anak di perkebunan sawit; dan bermacam isu negatif lainnya yang dialamatkan kepada sawit.

Lebih lanjut Eddy mengatakan, produk-produk sawit sebenarnya telah mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dan dunia. "Yang familiar mungkin adalah minyak goreng dari sawit. Namun sesungguhnya, konsumsi minyak sawit dan turunannya lebih luas dari itu. Minyak sawit ada dalam produk sabun, sampo, deterjen, produk kosmetik, personal care, roti, cokelat, biskuit, krimer, margarin, susu formula bayi, dan sebagainya," jelas Eddy.

Penggunaan minyak sawit dan turunannya, lanjut Eddy, yang merupakan minyak nabati dengan produktivitas tertinggi, menjadikan produk-produk tersebut dapat digunakan oleh segenap kalangan masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau. "Dengan besarnya peran komoditas sawit tersebut, sangat ironis bahwa kemudian komoditas ini belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri," sesalnya.

Terkait kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalimantan, kelapa sawit sering kali dikambinghitamkan sebagai pelaku utama yang harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Ekonom senior INDEF, Dr. M. Fadhil, mengatakan bahwa memang kerusakan lingkungan ada yang terjadi disebabkan deforestasi atau pembabatan hutan. Namun, sumber deforestasi ini sebenarnya bukan hanya perkebunan kelpaa sawit, melainkan juga karena ada kegiatan lain yang dilakukan manusia seperti pembukaan lahan untuk permukiman, pertanian, dan lainnya.

"Bisa saja karena paling mudah mengambinghitamkan sawit, lalu ketika ada banjir, langsung sawit yang disalahkan. Sebagai contoh, saat terjadi kebakaran hutan besar di Kalimantan Tengah pada tahun 2015 disebabkan sawit karena terjadi dalam lahan konsesi sawit. Memang betul kebakaran itu ada di konsesi, tetapi kan itu belum tentu disengaja. Karena tidak rasional sebenarnya perusahaan melakukan pembakaran terhadap kebunnya sendiri," jelas Fadhil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: