Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kolaborasi Dorong 1.015 Petani Swadaya di Jambi Kembangkan Model Pertanian Sawit Berkelanjutan

Kolaborasi Dorong 1.015 Petani Swadaya di Jambi Kembangkan Model Pertanian Sawit Berkelanjutan Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dua asosiasi petani dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi yaitu Forum Petani Swadaya Merlung Renah Mendaluh (FPS-MRM) dan Asosiasi Petani Berkah Mandah Lestari (APBML) serta satu asosiasi petani dari Kabupaten Batanghari, Jambi: Cahaya Putra Harapan (ACPH) telah berhasil memperoleh sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

Prestasi ini merupakan capaian dari program "Dari Rantai Pasok Inovatif ke Rantai Pasok Keberlanjutan" yang digagas Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), Setara Jambi, dan PT Asian Agri, serta dukungan pemerintah daerah setempat. Program yang telah dimulai sejak tahun 2016 ini telah berhasil menjadikan 1.015 orang petani sawit swadaya dari tiga asosiasi petani tersebut mendapatkan sertifikat RSPO dengan luas areal 1.926,29 hektare.

Baca Juga: Cargill Bangun Kilang Minyak Kelapa Sawit Baru US$200 Juta di Lampung

Menurut Nurbaya Zulhakim, Direktur Setara Jambi, pekerjaan ini bukanlah perkara ringan karena perlu diawali dengan perubahan cara berpikir agar petani mau memproduksi minyak sawit ramah lingkungan agar bisa menghasilkan harga Tandan Buah Segar (TBS) menjadi lebih stabil.

"Kami mengedukasi para petani dalam menyesuaikan standar budi daya kelapa sawit yang baik, serta pemenuhan aspek legalitas dengan kepemilikan Surat Hak Milik (SHM) dan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Caranya adalah melakukan diskusi dengan beberapa pihak termasuk melibatkan para petani swadaya, membuka peluang untuk advokasi, dan penggalangan dukungan untuk petani kecil," jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (14/6/2021).

Semenjak pandemi Covid-19 melanda Jambi, penjualan sawit sempat terhambat. Namun, para petani dapat memanfaatkan pendapatan dari kredit RSPO yang telah telah dibeli oleh buyers besar seperti Unilever, Body Shop, dan ACT sebagai strategi ketahanan ekonomi untuk membeli sembako secara berkala kepada anggotanya, termasuk juga untuk pembangunan kantor, pembiayaan audit, modal usaha, pengadaan pupuk.

"Di masa pandemi, Setara Jambi juga mendorong para petani untuk menggunakan teknologi aplikasi JalaSetara guna memudahkan pencatatan aktivitas dan perawatan kebun agar lebih mudah dalam proses audit. Ke depannya, aplikasi ini bisa digunakan oleh semua petani secara lebih luas. Selain itu, kami juga aktif mengundang semua anggota dalam memberikan pelatihan atau sosialisasi secara online dan berbagi informasi melalui group chat," tambahnya.

Pendampingan yang dilakukan sangat dirasakan manfaatnya oleh petani sawit swadaya, utamanya dalam hal berorganisasi. "Perubahan para petani yang awalnya berkebun secara individu menjadi berkelompok. Hal inilah yang mendorong perhatian lebih dari perusahaan karena kelompok petani ini telah berhasil memproduksi TBS dengan standar kualitas yang sama. Manfaat lainnya adalah peningkatan hasil panen sebagai dampak dari pelatihan budi daya kelapa sawit. Sebelum bergabung dengan kelompok tani, lahan sawit saya seluas 5 ha hanya menghasilkan 3-4 ton per 15 hari, sekarang meningkat menjadi 5-6 ton per 15 hari," terang Ardiansyah, petani sawit sekaligus Group Manager APBML.

Drs. KH. Anwar Sadat, M.Ag selaku Bupati Tanjung Jabung Barat, pada sambutannya di acara Penyerahan Sertifikat RSPO di Desa Sungai Rotan (10/6), mengungkapkan kebanggaannya terhadap capaian yang telah diperoleh para petani di daerah tersebut.

"Kami turut bangga mendengar bahwa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah ada dua asosiasi petani swadaya yang berhasil mendapatkan sertifikat RSPO. Hal ini adalah contoh nyata bahwa petani kecil pun mampu mewujudkan pengelolaan kebun kelapa sawit secara berkelanjutan hingga bisa menembus pasar internasional. Mereka telah membuktikan kemampuannya untuk mengelola kebun dengan cara tidak membakar dan melestarikan ekosistem sungai di Lubuk Larangan," ungkapnya.

Sebagai salah satu mitra program ini, Yayasan IDH mengungkapkan apresiasinya atas kerja keras seluruh pemangku kepentingan yang terlibat seperti pernyataan Fitrian Ardiansyah, Ketua Yayasan IDH.

"Kami mengapresiasi upaya berbagai pihak, terutama pemerintah provinsi dan kabupaten, seperti yang dilakukan Bupati Tanjung Jabung Barat yang sangat mendukung petani sawit swadaya yang berkelanjutan–baik lewat ISPO maupun RSPO–di daerahnya. Dukungan dari kepala daerah sangat penting untuk mengembangkan rencana pertumbuhan ekonomi hijau, khususnya dalam hal akselerasi legalitas lahan bagi para petani kecil dan membuka iklim investasi hijau yang lebih luas," jelas Fitrian.

"Kerja sama yang kami lakukan ini telah memberikan model bisnis investasi hijau yang menguntungkan bagi pemerintah, komunitas lokal, dan pihak swasta, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi perlindungan ekosistem dan lingkungan setempat. Kami harap model-model bisnis yang telah dipraktikkan bisa direplikasi oleh banyak pihak dengan skala investasi yang lebih besar," ujarnya.

Sejalan dengan Yayasan IDH, Eko Suwardi yang merupakan Asisten Pembinaan Petani Swadaya Asian Agri, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, menjelaskan bentuk dukungan perusahaannya kepada petani sawit lokal melalui penerapan manajemen Creating Shared Value (CSV) sejak tahun 2012.

"Melalui CSV, kami membantu masyarakat untuk membagikan nilai-nilai penting dalam berkebun kelapa sawit sehingga terjadi praktik pertanian berkelanjutan untuk menghasilkan TBS dengan jumlah dan kualitas yang tinggi. Kegiatan yang dilakukan antara lain edukasi mengenai jenis buah yang bisa dipanen, teknik pemupukan, cara tabur pemupukan, dan penyemprotan. Semua keterampilan ini bisa menjadikan petani swadaya merawat kebunnya dengan lebih efektif dan efisien," tutup Eko.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: