Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dapat Untung dengan Terapkan Integrasi Sawit-Sapi

Dapat Untung dengan Terapkan Integrasi Sawit-Sapi Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Integrasi sawit-sapi pertama kali dilakukan di Kalimantan Tengah dan telah membuahkan hasil yang positif. Ditjenbun Kementerian Pertanian RI menyebutkan, dalam 1 hektare lahan sawit akan dapat memenuhi kebutuhan pakan 3 ekor sapi per tahun melalui pemanfaatan pelepahnya. Dengan luas perkebunan sawit rakyat yang sekitar 6,3 juta hektare, potensi jumlah sapi yang dapat dikembangkan di areal tersebut sekitar 18,9 juta ekor sapi.

Mengutip laman Palm Oil Indonesia, biomassa atau yang sering disebut limbah pada perkebunan sawit seperti pelepah sawit dapat dijadikan sebagai sumber pakan hijauan. Perlu diketahui bahwa 1 pohon sawit dapat menghasilkan 22 pelepah yang dari 1 pelepah akan diambil 1/3 bagian untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Baca Juga: Manfaat Mutualisme, Berikut Perusahaan yang Mengembangkan Integrasi Sawit-Sapi

Pemanfaatan biomassa pelepah sebagai pakan sapi dapat dimanfaatkan secara langsung atau diolah melalui proses amoniasi dengan urea. Selain itu, biomassa sawit lainnya seperti bungkil sawit dan limbah tanah liat (De-OBE) yang dihasilkan dari pengolahan Spent Bleaching Earth (SBE) dapat diolah untuk menghasilkan sumber pakan ternak konsentrat yang bernutrisi.

"Selain industri pakan, kegiatan integrasi sawit-sapi juga akan memunculkan dua kegiatan terpadu lainnya pada sektor peternakan sapi, yaitu usaha perkembangbiakan sapi (cow calf operation) dan penggemukan sapi," seperti dikutip dari laman Palm Oil Indonesia.

Seperti dicatatkan pada laman Palm Oil Indonesia, bagi perkebunan sawit, integrasi sawit-sapi ini memberikan manfaat berupa peningkatan efisiensi dan produktivitas. Kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik untuk tanaman sawit, sekaligus untuk memperbaiki struktur tanah; meningkatkan ketersediaan bahan organik tanah; dan meningkatkan kapasitas tanah untuk menahan air.

Selain itu, kotoran sapi sebagai bahan organik juga dapat meningkatkan populasi mikroba antagonis (seperti Trichoderma) terhadap Ganoderma. Keberadaan sapi di perkebunan sawit juga mampu menghemat biaya penanganan gulma baik untuk tenaga penyemprotan dan pengadaan bahan herbisida. Hal ini akan berimplikasi pada penurunan biaya produksi serta membuat budi daya sawit lebih sustainable.

Secara ekonomi, program integrasi sawit-sapi dapat memberikan keuntungan bagi petani. Potensi pupuk kotoran hewan dari 1 ekor sapi dari feses kering sekitar 5,8 ribu kg/tahun. Selain itu, sapi yang telah dikembangkan juga dapat dijual kembali seperti pada saat menjelang hari raya Iduladha.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: