Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menlu: Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit Bertentangan dengan Prinsip Kemitraan

Menlu: Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit Bertentangan dengan Prinsip Kemitraan Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Hal tersebut karena kelapa sawit berkontribusi besar terhadap devisa negara hingga mencapai US$23 miliar (atau sekitar Rp320 triliun) pada tahun 2019 lalu. Tidak hanya itu, kelapa sawit juga menjadi sumber pendapatan bagi petani-petani di pedesaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Namun, diskriminasi terhadap industri perkebunan kelapa sawit beserta produk turunannya masih dilakukan oleh sejumlah pihak antisawit, terutama Uni Eropa. Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, tindak diskriminatif tersebut bertentangan dengan prinsip kemitraan dan kolaborasi yang diusung Indonesia.

Baca Juga: Perkebunan Sawit Dituduh Eksploitasi Tenaga Kerja Perempuan, Ketum Gapki: Tidak Dapat Diterima

"Indonesia selalu mengedepankan kerja sama dan kolaborasi dengan mitra-mitra kita, tapi ketika berkaitan dengan kepentingan nasional, kita juga harus tegas. Apalagi, jika sudah menyangkut prinsip," ungkap Retno. 

Retno menekankan, Pemerintah RI ingin selalu melawan diskriminasi terhadap kelapa sawit ini. Namun di sisi lain, perlu diingat bahwa Indonesia sebenarnya sudah memiliki kemitraan yang erat dengan Uni Eropa.

"Uni Eropa sudah lama menjadi network partner kita. Kita miliki banyak sekali kesamaan pandang, banyak isu internasional dengan Uni Eropa. Indonesia selalu membuka komunikasi secara terbuka. Yang kita inginkan adalah satu, treat us fairly," ujar Retno.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: