Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Balada Jack Ma: Kehilangan Rp99,4 Triliun Usai 'Sentil' Pemerintah China

Balada Jack Ma: Kehilangan Rp99,4 Triliun Usai 'Sentil' Pemerintah China Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonomi terbesar di Asia memulai tahun dengan ambisi besar memberikan pengaruh yang lebih besar kepada sektor teknologinya. Oleh karena itu, Pemerintah China mendorong beberapa perusahaan teknologinya untuk bisa berkembang di luar negeri.

Salah satunya adalah perusahaan teknologi milik Jack Ma. Penawaran umum perdana Ant Group milik Jack Ma yang luar biasa besar menjadi pusat perhatian karena menjadi salah satu IPO yang terbesar dalam sejarah dunia.

Baca Juga: Kritik Rezim China, Jack Ma 'Hilang' sejak Akhir Oktober

Mengutip dari Forbes, Senin (4/1/20210, jika dilihat, ada beberapa hal yang yang bisa menjadi salah satu indikator atau alasan dari dorongan IPO tersebut. Pertama adalah saat ini bertepatan dengan pemilihan Presiden di Amerika Serikat (AS). Hal ini menjadi cara yang bagus untuk menekan dan menjebak Donald Trump yang kehilangan kursi kepresidenannya dan digantikan Joe Biden.

Baik antara Trump dan Jack Ma memiliki sedikit sejarah di dalamnya yang bermula pada Januari 2017, atau tepatnya 10 hari sebelum Trump pindah ke Gedung Putih, Ma melakukan kunjungan publik ke Trump Tower di New York. Jack Ma membahas rencana kerajaannya untuk menciptakan 1 juta pekerjaan di AS, hal ini menyenangkan Trump yang sangat transaksional.

Namun, bromance tidak akan bertahan lama karena perang dagang dan gangguan pada rantai pasokan membuat Ma menjauhkan diri dari Trump 20 bulan kemudian.

"Janji itu dibuat dengan premis kemitraan AS-China yang bersahabat dan hubungan perdagangan yang rasional. Premis itu sudah tidak ada lagi saat ini, jadi janji kami tidak dapat dipenuhi," kata Ma ketika itu.

Sebaliknya, Ma berfokus pada pasar dalam negeri dan dengan cara mengembangkan perusahaan Ant Group dari pembayaran ke investasi ke asuransi dan seterusnya. Namun, ambisi Ma tersebut harus terganjal oleh aksinya yang mengkritik pedas kebijakan Pemerintah China dalam pidatonya pada 24 Oktober di Shanghai.

Ma menuduh regulator Beijing menahan inovasi. Pemerintah China pun membalas dengan cara yang spektakuler, menyebabkan Ma menangguhkan IPO-nya. Dalam dua bulan setelah pidatonya, Ma kehilangan sekitar US$7 miliar kekayaan bersih atau setara Rp99,4 triliun (mengacu kurs Rp14.200 per US$).

Pemerintah China menunjukan langkah yang bagus untuk membiarkan kekuatan pasar memainkan peran, tetapi hal yang lebih besar justru dilakukan oleh Vladimir Putin daripada Adam Smith. Ini dimaksudkan untuk membungkam pengganggu teknologi lain yang berharap dapat memengaruhi regulasi.

Ma mungkin telah membangun dunia e-commerce dan fintech. Dan, dia mungkin berpikir dia menjawab investor New York Stock Exchange. Tapi seperti yang dikatakan Jeffrey Halley dari Oanda, hanya ada satu bos besar di China, dan itu bukan Jack Ma.

Ini akan menjadi tindakan yang sulit untuk dijalani pada tahun 2021. Mengingat kebijakan yang cukup mengagetkan yang diambil Pemerintah China yang mendadak mengarahkan senjatanya dengan tidak percaya pada Jack Ma.

Hal yang menimpa Jack Ma ini menimbulkan bagitu banyak pertanyaan terkait kapitalisme yang dilakukan oleh Pemerintah China. Apalagi, perusahaan teknologi dari Ant hingga Tencent hingga Baidu sekarang tahu bahwa sebaiknya tidak menyebut Bank China sebagai "pegadaian", seperti yang dilakukan Ma pada 24 Oktober.

Namun, pada tingkat yang lebih mendasar, CEO teknologi mengetahui bahwa berbahaya untuk melanggar batas wilayah dari Bank of China, sedangkan Ant bertujuan untuk mengambil pasar keuangan dari setiap daerah di dunia termasuk China.

Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang di mana ambisi Ant meninggalkan raksasa seperti Industrial and Commercial Bank of China, China Construction Bank dan Agricultural Bank of China. Para pemimpin China sering memuji bagaimana raksasa-raksasa ini dengan cepat melampaui perusahaan-perusahaan seperti Deutsche Bank, JPMorgan Chase, dan Mitsubishi UFJ Financial Group.

Mereka juga sempat menggembar-gemborkan bagaimana kapitalisasi pasar Ant akan mengecilkan Goldman Sachs. Namun, hal tersebut terjawab seiring pertumbuhan Ant Group di mana secara alami mereka akan membahayakan pangsa pasar industri perbankan konvensional.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: