Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menakar Penyebab Indonesia Kecolongan India soal Investasi Mobil Listrik

Menakar Penyebab Indonesia Kecolongan India soal Investasi Mobil Listrik Kredit Foto: Reuters/Aly Song
Warta Ekonomi, Jakarta -

Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla Inc dikabarkan lebih memilih berinvestasi di India daripada Indonesia. Meski begitu kabar tersebut belum diklarifikasi pemerintah, menyusul otoritas Indonesia akan menggaet perusahaan milik Elon Musk tersebut.

Kerja sama Indonesia dan Tesla diutarakan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, dimana, Tesla dan BASF, perusahaan asal Jerman, akan menginvasi asetnya ke dalam ekosistem pabrik baterai mobil listrik Indonesia yang saat ini tengah dibangun.

Meski begitu, beberapa waktu lalu, Tesla dikabarkan tengah mendekati tahap akhir untuk mencapai kesepakatan memproduksi mobil listrik dengan otoritas India.

Baca Juga: Tesla Pilih Bangun Pabrik Mobil Listrik di India, RI Kebagian Apa?

Merespons kabar tersebut, Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, ekosistem industri mobil listrik di India lebih siap dibandingkan Indonesia. Dari aspek inovasi, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) India jauh mengungguli Indonesia.

"Hampir pupus harapan Tesla bangun pabrik mobil listrik di Indonesia. Masalahnya kan ada di ekosistem inovasi di India lebih siap, SDM-nya juga berlimpah untuk IT dan otomotif," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Jumat (19/2/2021).

Ketertinggalan Indonesia di sektor sumber daya mobil listrik juga dibarengi dengan sistem Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (output) yang anggap terlalu boros investasi.

ICOR sendiri mengukur berapa besar investasi yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit output atau Produk Domestik Bruto (PDB). Pada konteks ini Bhima menilai, Tesla khawatir akan butuh investasi besar, sementara nilai output yang sama.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: