Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PSBB Jilid II Diterapkan, Manufaktur Indonesia Kembali Terpapar?

PSBB Jilid II Diterapkan, Manufaktur Indonesia Kembali Terpapar? Kredit Foto: Unsplash/Agto Nugroho
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total mulai pekan depan diproyeksi bakal memengaruhi kinerja industri manufaktur.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa pengaruh pandemi mulai memberikan dampak kepada ekonomi khususnya sektor industri manufaktur pada triwulan II 2020.

Baca Juga: IHS Markit: Laju Manufaktur Asean Mendekati Stabil

"DKI kembali akan menerapkan PSBB ketat. Ini tentu sedikit banyak akan kembali memengaruhi kinerja industri manufaktur yang ada, apalagi kalau diikuti provinsi lain," katanya di Jakarta, Kamis (10/9/2020).

Mantan Menteri Sosial itu mengaku khawatir mengingat industri manufaktur saat ini sedang kembali menggeliat. PSBB total yang mulai diterapkan pada Senin (14/9) nanti berpotensi menekan laju tren positif tersebut.

"Kami melihat industri yang sudah menggeliat ini, kami khawatir mendapat tekanan. Akan tetapi, memang kami sampaikan, bagi pemerintah, kesehatan masyarakat itu suatu hal yang tidak bisa ditawar," ujarnya.

Tidak hanya itu, Agus menyatakan kebijakan PSBB total akan membuat proses substitusi impor juga terhambat. Padahal, pemerintah menargetkan program substitusi impor sebesar 35% pada 2022. Terlebih lagi, sambung Agus, substitusi impor dapat mendorong penguatan devisa negara dan struktur industri, meningkatkan produktivitas nasional, serta penciptaan global value chain.

Industri manufaktur Tanah Air sebenarnya mulai bergeliat setelah mengalami kontraksi yang dalam akibat pandemi Covid-19 ini. Berdasarkan data IHS Markit, Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada Agustus berada di 50,8, lebih baik ketimbang bulan sebelumnya di posisi 46,9.

Sejatinya, indeks manufaktur di atas 50 menunjukkan manufaktur tengah ekspansif, sedangkan di bawah 50 menunjukkan manufaktur mengalami resesi.

"Untuk pertama kalinya sejak bulan Februari, perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan perbaikan kondisi bisnis pada bulan Agustus dengan pertumbuhan output pada tingkat tercepat selama lebih dari enam tahun. Kondisi mendorong bisnis terus menyesuaikan diri dengan melonggarnya pembatasan Covid-19," kata Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: