Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wow, 80 Persen Konsumen Ingin Indonesia Sepenuhnya Terapkan Nontunai di 2025

Wow, 80 Persen Konsumen Ingin Indonesia Sepenuhnya Terapkan Nontunai di 2025 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Survei global terbaru dari Standard Chartered, COVID-19 telah membuat konsumen berbelanja secara lebih non-tunai, berhati-hati, dan lebih teliti.

Hampir 75% responden survei di Indonesia dan dua pertiga di seluruh dunia setuju bahwa COVID-19 telah membuat mereka lebih positif tentang belanja daring, tetapi mereka juga lebih berhati-hati dengan pengeluaran mereka dan menginginkan cara baru untuk melacak uang mereka secara digital.

Studi terhadap 12.000 orang dewasa di 12 negara - Hong Kong, India, Indonesia, Kenya, China Daratan, Malaysia, Pakistan, Singapura, Taiwan, Uni Emirat Arab Inggris, dan AS – adalah studi yang kedua dari rangkaian tiga bagian, untuk melihat bagaimana COVID-19 telah mengubah cara hidup konsumen, dan perubahan apa yang akan tetap ada setelah pandemi.

Bila survei pertama berfokus pada dampak pandemi terhadap pendapatan, survei kedua menawarkan wawasan baru tentang bagaimana krisis kesehatan global ini mengubah kebiasaan belanja konsumen.

Baca Juga: Transaksi Non-tunai di SPBU Wilayah Ini Naik 185%, Karena Apa?

Di Indonesia, preferensi konsumen untuk berbelanja daring telah meningkat 16% (dari 40% sebelum pandemi menjadi 56% pada saat pandemi). Ini juga mencerminkan tren global, yang mana sepertiga total responden lebih memilih belanja daring sebelum pandemi dan kini hampir setengah (48%) lebih memilih metode tersebut untuk pembelian barang di masa mendatang.

Peningkatan preferensi untuk pembayaran daring ini berlaku untuk berbagai pembelian, dari bahan makanan dan perjalanan hingga perangkat digital. Hasilnya, 80% orang di Indonesia (dan 64% secara global) sekarang mengharapkan negara ini menjadi sepenuhnya menjadi non-tunai, dengan sebagian besar masyarakat mengharapkan transisi ini terjadi pada tahun 2025.

Hasil survei didukung oleh data penarikan ATM Standard Chartered. Di sepuluh negara yang disurvei yang mana Standard Chartered menawarkan jasa perbankan ritel (semua kecuali Inggris dan AS), COVID-19 telah secara dramatis mempercepat penurunan penggunaan ATM. Penarikan tunai dari ATM sekarang setengah dari jumlah dua tahun lalu.

Selain bertransaksi secara non-tunai, lebih dari setengah orang Indonesia mengatakan bahwa mereka sekarang lebih cenderung berbelanja produk yang lokal (67%), yang lebih berkelanjutan/sustainable (59%) dan yang diproduksi oleh usaha kecil/UMKM (60%).

“Ini adalah kabar baik bagi usaha kecil dan mereka yang memproduksi barang-barang buatan lokal, terutama yang membuat dan menjual produk yang diproduksi secara berkelanjutan. Perubahan ini diharapkan dapat sejalan dengan program Bangga Buatan Indonesia (BBI) dari pemerintah Indonesia yang mendorong belanja produk dalam negeri, khususnya dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sebagai cara mendongkrak belanja domestik yang adalah penyumbang signifikan bagi PDB Indonesia,” kata Andrew Chia, CEO, Standard Chartered Bank Indonesia di Jakarta, Selasa (15/9/2020).

Adapun ketika pengeluaran mulai meningkat seiring dengan pembatasan sosial secara global mulai dilonggarkan, 55% orang Indonesia (dan 46% secara global) melaporkan peningkatan pengeluaran di bulan Juli.

Survei ini dilakukan secara daring dan berdurasi 10 menit, serta dilakukan terhadap 12.000 orang berusia 18 tahun ke atas, di 12 negara: Hong Kong, Taiwan, Cina Daratan, Singapura, Indonesia, Malaysia, India, UEA, Kenya, Pakistan, Inggris, dan AS.

Survei dilakukan antara 17-21 Agustus 2020. Hasilnya ditimbang berdasarkan sensus nasional terakhir di setiap pasar berdasarkan usia, jenis kelamin, dan wilayah makro dan harus dianggap mewakili populasi daring.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: