Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pergerakan Koperasi Hadapi Era Deglobasasi dalam Perspektif Ketahanan Nasional

Oleh: Andika Mahardika, Country Head PT. Future Pipe Industries

Pergerakan Koperasi Hadapi Era Deglobasasi dalam Perspektif Ketahanan Nasional Kredit Foto: Freepik/Indylooker
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada 2005, Thomas Martin Freedman menerbitkan sebuah buku yang berjudul World is Flat. Dalam buku tersebut terdapat 10 faktor pendorong dasar untuk terjadinya globalisasi. Adapun yang menarik dari 10 faktor tersebut, beberapanya adalah perkembangan pesat di bidang teknologi, kreativitas, pengembangan komunitas dan alih daya dalam rantai pasok.

Dalam pelaksanannya, globalisasi mendapat beberapa tantangan dari beberapa pakar ekonomi terutama di negara maju. Hal ini dikarenakan ada beberapa isu kemanusian, lingkungan, dan ketimpangan dalam beberapa parameter ekonomi, di antaranya angka pengangguran dan pertumbuhan ekonomi.

Hal ini dibuktikan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi China dari tahun ke tahun dan membuat China menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia setelah sebelumnya dikuasai Jepang dan Korea. China adalah salah satu contoh negara yang berhasil memanfaat globalisasi untuk kepentingan ekonomi domestik terlepas dari beberapa kontroversi yang dilakukan.

Baca Juga: Bidik Transaksi Digital di Koperasi, LinkAja Gandeng Kospin JASA

Melalui gambar di bawah ini, terlihat tingginya pertumbuhan ekonomi China dimulai pada 2007 di mana globalisasi menjadi referensi dalam pengembangan industri manufaktur.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi China 2007-2017 dan Prediksi Sampai 2024 (IMF, 2019)

Pada grafik diatas, pertumbuhan ekonomi China pada 2007 sampai 2017 disebabkan oleh produktivitas dan efisiensi tinggi di industri manufaktur yang pada akhirnya meyebabkan laju aliran modal ke China. Hal ini membuat daya saing industri domestik China sangat baik. 

Jika dikaji lebih dalam, pertumbuhan ekonomi China banyak disebabkan beberapa perusahan Amerika Serikat dan Eropa memindahkan produksinya (offshoring) dan alih daya (outsourcing) ke China. Hal ini disebabkan biaya produksi lebih optimum jika diproduksi di negara dunia ketiga, seperti China dan beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Globalisasi menjadi keuntungan buat ekonomi China dikarena keberhasilan China dalam proses pertambahan nilai (value added) di industri manufaktur. Namun, sebaliknya jika melihat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dalam kurun waktu 2007-2017, globalisasi bukanlah benefit. Terlepas kejadian subprime mortage yang terjadi di 2008, secara umum pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tidak lebih baik dari China.

Gambar 2. Perbandingan GDP China dan Amerika Serikat (World Economic Forum, 2019)

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: