Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingat Ya... Jangan Sembarangan, Pakar Sebut Pil Antivirus Tak Bisa Gantikan Vaksin

Ingat Ya... Jangan Sembarangan, Pakar Sebut Pil Antivirus Tak Bisa Gantikan Vaksin Kredit Foto: Unsplash/Christina Victoria Craft
Warta Ekonomi -

Pakar kesehatan memperingatkan masyarakat tetap mengikuti program vaksinasi meski pil anti Covid-19 sudah tersedia. Hal ini menyusul rilis Pil antivirus oral dari Merck & Co dan Pfizer Inc-BioNTech SE yang terbukti menumpulkan dampak terburuk Covid-19 jika diminum cukup awal.

Kekhawatiran tersebut menyusul kabar pil antivirus eksperimental Paxlovid mampu mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19 sebesar 89 persen pada orang dewasa yang berisiko tinggi. 
 
 
Temuan Pfizer mengikuti hasil dari perusahaan Merck dan Ridgeback Biotherapeutics pada 1 Oktober bahwa obat antivirus oral mereka mengurangi rawat inap dan kematian hingga setengahnya. Obat buatan Merck yang dikenal sebagai molnupiravir, mendapat persetujuan bersyarat di Inggris pada Kamis lalu. Paxlovid dan Molnupiravir masih membutuhkan izin dari regulator kesehatan AS.
 
"Dengan hanya mengandalkan obat antivirus, ini seperti bertaruh. Jelas, ini akan lebih baik daripada tidak sama sekali, tetapi ini adalah permainan berisiko tinggi untuk dimainkan," kata profesor virologi molekuler dan mikrobiologi Baylor College of Medicine, Peter Hotez, dilansir dari Reuters pada belum lama ini.
 
Vaksin dianggap tetap efektif dalam menghadapi varian virus Delta yang sangat menular. Salah satunya vaksin dari Pfizer-BioNTech yang mengurangi risiko rawat inap sebesar 86,8 persen. 
 
Peneliti mengatakan beberapa orang yang tidak divaksinasi telah mengandalkan antibodi monoklonal sebagai penghalang jika mereka terinfeksi. 
 
 
"Saya pikir berita Pfizer adalah berita yang luar biasa. Ini sejalan dengan vaksinasi dan tidak menggantikannya," kata profesor kesehatan masyarakat di Universitas George Washington, Leana Wen.
 
Salah satu alasan tidak bergantung pada pil baru karena obat antivirus harus diberikan secepatnya karena Covid-19 memiliki fase berbeda. Ini karena fungsi obat itu menghentikan replikasi virus di dalam tubuh.
 
Pakar penyakit menular Celine Gounder menjelaskan pada fase pertama, virus dengan cepat bereplikasi di dalam tubuh. Namun, banyak efek terburuk dari Covid-19 terjadi pada fase kedua timbul dari rusaknya respons imun yang dipicu oleh replikasi virus.
 
"Begitu Anda mengalami sesak napas atau gejala lain yang akan membuat Anda dirawat di rumah sakit, Anda berada dalam fase kekebalan disfungsional di mana antivirus benar-benar tidak akan memberikan banyak manfaat," kata Gounder.
 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: