Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ancaman Pencurian Data Pribadi via Online, Begini Tips Aman dari Allianz Life Indonesia

Ancaman Pencurian Data Pribadi via Online, Begini Tips Aman dari Allianz Life Indonesia Kredit Foto: Allianz Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 telah mempercepat perubahan signifikan dan pesat menuju digitalisasi. Bahkan, Asia Tenggara saat ini merupakan salah satu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar dan tercepat di dunia, dengan total transaksi daring yang diprediksi mencapai US$10 miliar selama 2020.

Sebelum pandemi pun, transformasi digital sudah mulai terasa di hampir segala aktivitas, terlihat dari penggunaan masif online travel agent, online shopping, online transaction, sarana remote working, hiburan, dan sebagainya. Denny Santoso, Founder dan CEO, Tribelio, menyebut jika masyarakat Indonesia memang sudah mengarah ke transformasi digital dan dengan adanya pandemi Covid-19 justru makin mengakselerasi pertumbuhannya.

Baca Juga: Digital Banking Butuh Aturan Adaptif Biar Makin Berkembang

"Namun, meskipun pertumbuhan digital di Indonesia makin melesat, berdasarkan yang saya analisis, masih banyak orang yang terjun ke bisnis digital tanpa betul-betul memahami konsep digital itu sendiri sehingga tidak sedikit pula yang terjerat perang harga lewat digital," jelas Denny Santoso dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (3/4/2021).

Menurutnya, bisnis digital sudah mengalami evolusi yang cukup besar dengan memasuki era purposeful brand, di mana untuk dapat bersaing sehat secara digital, setiap merek atau bisnis harus membangun komunitas yang memiliki tujuan atau misi yang bermanfaat, atau yang dikenal dengan tribe.

"Tribe adalah istilah bagi kumpulan orang yang memiliki loyalitas tinggi terhadap tujuan yang sama. Maka dari itu, saya membangun Tribelio, sebuah platform digital yang dapat memudahkan para leaders, brand, atau bisnis untuk mengumpulkan orang-orang tersebut dan menjalin hubungan lebih dalam dengan mereka sehingga tujuan dan misi nya dapat terlaksana dengan baik," tambah Denny.

Selain itu, bisnis digital juga menawarkan beragam kemudahan yang dapat dimanfaatkan baik oleh penjual maupun pembeli. Allianz Indonesia telah mengedepankan digitalisasi sejak fase awal nasabah bergabung hingga melakukan klaim untuk menghadirkan pengalaman pengguna yang memberikan kemudahan serta pelayanan yang berkesan.

Hal ini salah satunya diwujudkan melalui layanan Allianz Eazy Connect yang memudahkan nasabah untuk terkoneksi dengan layanan digital Allianz. Digitalisasi pada industri asuransi juga diharapkan dapat membantu penetrasi asuransi di Indonesia, yang masih menjadi salah satu negara dengan tingkat penetrasi asuransi terendah di dunia.

Sebelumnya, Arif Baharudin, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal (JKPM) pernah mengungkapkan bahwa terdapat beberapa hal yang diindikasikan sebagai faktor penghambat perkembangan sektor asuransi di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah masih rendahnya literasi keuangan dan ketimpangan akses pada jasa keuangan. Karenanya, digitalisasi asuransi memiliki peran penting untuk lebih meningkatkan akses masyarakat pada sektor ini guna terus mendorong pertumbuhannya.

Survei terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan pada kuartal kedua 2020, jumlah pengguna internet di Tanah Air mencapai 196,7 juta atau 73,7% dari total populasi. Fakta tersebut makin menguatkan pendapat bahwa digitalisasi asuransi dapat menjadi inovasi menarik pada sektor ini.

Kini, beberapa jenis produk asuransi yang sudah marak ditawarkan secara digital antara lain asuransi mobil, asuransi rumah, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi perjalanan. Masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan berbagai produk asuransi berbasis digital ini melalui bermacam platform, seperti marketplace C2C (customer-to-customer), B2C (business-to-customer), platform milik perusahaan asuransi ataupun platform digital lainnya yang dapat diakses menggunakan aplikasi mobile ataupun website.

Riset Swiss Re Institute mengungkapkan bahwa 76% masyarakat Indonesia tertarik membeli produk asuransi digital. Adapun platform yang paling banyak dipilih untuk mendapatkan produk asuransi ini adalah e-commerce dan fintech.

Namun, kemudahan digital juga mengundang kekhawatiran akan keamanan, terutama dalam hal privasi data. Pada pertengahan 2020, 91 juta data pengguna terpantau diperjualbelikan melalui Dark Web seharga Rp73,5 juta, di mana informasi seperti nama, alamat, dan kontak dapat dibaca dengan sangat mudah. Hal ini tentu dapat menjadi ancaman bagi pengguna, terutama untuk aktivitas online yang vital seperti bertransaksi, termasuk membeli asuransi jika tidak didukung oleh peraturan dan sistem yang menunjang.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: