Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Andi Akmal Pasluddin Terkesan Serapan KUR Kelapa Sawit

Andi Akmal Pasluddin Terkesan Serapan KUR Kelapa Sawit Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sepanjang Semester I-2021, realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor pertanian sudah mencapai Rp42,7 triliun dari target Rp70 triliun yang ditetapkan pemerintah. Dari realisasi KUR yang sudah disalurkan, senilai Rp9,5 triliun dicairkan untuk perkebunan kelapa sawit.

Anggota Komisi IV DPR-RI, Andi Akmal Pasluddin, mengaku terkesan dengan serapan KUR oleh kebun sawit. Dikatakan Andi, subsektor perkebunan kelapa sawit merupakan penyerap dana KUR terbesar dibandingkan sektor pertanian pangan. Jika dirinci, realisasi KUR untuk subsektor pertanian padi sebesar Rp7,8 triliun, perkebunan tanaman lainnya dan kehutanan Rp5,5 triliun, serta pertanian holtikultura dan lainnya sebesar Rp5,2 triliun.

Baca Juga: Tingginya Produktivitas Sawit Bikin Iri Uni Eropa

"Tahun depan pemerintah perlu mengembalikan APBN sektor pertanian pangan seperti tahun 2018 yang di atas Rp30 triliun. Jika kinerja dilakukan secara efektif efisien dengan meminimalisasi penyimpangan, ke depannya sangat potensial terwujud Indonesia berdaulat pangan yang mampu memenuhi kebutuhannya dari dalam negeri," katanya, dikutip dpr.go.id.

Andi yakin, sektor pertanian akan lebih maju lagi jika importasi produk pertanian ditahan sedemikian rupa seiring dengan usaha peningkatan kapasitas produk pertanian di dalam negeri. "Makin kecil nilai importasi kita di bidang pertanian pangan ini, akan makin besar peluang kemajuan sektor pertanian," kata Andi.

Lebih lanjut Andi juga mengingatkan pemerintah agar jangan lagi menjalankan kebijakan mempermudah impor. Menurutnya, kemudahan impor, terutama berkaitan dengan impor pangan, telah memicu polemik antar lembaga negara.

"Akan sulit negara ini mewujudkan ketahanan pangan dengan adanya kemudahan importasi komoditas pertanian. Bahkan ujungnya, impor pangan hanya akan menyengsarakan petani. Kalau stok kurang, itu kan sudah kejadian berulang dari tahun ke tahun. Perbaiki dong kapasitas produksinya, kan sudah ada pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya," ungkap Andi.

Andi optimis para akademisi senior dan beberapa kalangan termasuk mantan pejabat di era pemerintahan sebelumnya telah mengampanyekan stabilitas sektor pertanian, termasuk di masa pandemi seperti ini.

"Baru-baru ini, untuk sektor pertanian, saya mendapati catatan BPS berupa nilai ekspor sektor pertanian pada bulan Juni 2021 mengalami kenaikan, yakni sebesar 33,04 persen secara MoM atau sebesar 15,19 persen secara YoY. Kenaikan terjadi setelah komoditas tanaman obat, aromatik, rempah, kopi, dan sarang burung walet memberi andil besar dalam ekspor selama Juni 2021. Tren ini diharapkan terus bertahan bahkan terus naik di bulan selanjutnya," tukas Andi.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: