Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Studi Ungkap Isolasi selama Covid-19 Tingkatkan Risiko Kematian

Studi Ungkap Isolasi selama Covid-19 Tingkatkan Risiko Kematian Kredit Foto: Reuters/Hannah A Bullock and Azaibi Tamin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah studi baru menemukan bahwa menghabiskan lebih banyak waktu dalam isolasi berisiko membuat seseorang meninggal lebih awal. Para peneliti menemukan hubungan antara berkurangnya interaksi dengan perubahan dalam kesejahteraan psikologis dan kesehatan fisik dapat mengarah pada umur yang lebih pendek.

Studi baru, diterbitkan dalam jurnal Trends in Cognitive Sciences, muncul di tengah pandemi Covid-19 yang memaksa jutaan orang di seluruh dunia untuk menghabiskan waktu di rumah dan menghindari pertemuan. Hal ini menambah daftar dampak tidak langsung dari penyakit pada manusia.

Baca Juga: Duh!! Dari Hasil Studi, Warganya Anies Gak Siap Hadapi New Normal

Menurut Medical Daily, para peneliti menandai isolasi sosial sebagai prediktor signifikan risiko kematian. Kesendirian dapat memengaruhi sistem kekebalan secara negatif dan mengurangi fungsinya, demikian Futurity melaporkan.

Studi ini menunjukkan bahwa orang yang terisolasi cenderung memiliki kekebalan yang buruk, membuat mereka kurang tahan terhadap penyakit dan infeksi. Selain itu, kondisi ini juga memiliki hubungan interpersonal yang kuat, yang memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup.

Isolasi atau karantina dapat memengaruhi kinerja penalaran dan memori, homeostasis hormon, putih otak, konektivitas, dan fungsi. Orang yang sering merasa kesepian juga berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental.

"Kita adalah makhluk sosial. Interaksi dan kerja sama sosial telah memicu peningkatan pesat budaya dan peradaban manusia. Namun, spesies sosial berjuang ketika dipaksa untuk hidup dalam isolasi. Dari bayi hingga orang tua, penanaman psikososial dalam hubungan interpersonal sangat penting untuk kelangsungan hidup," ujar Danilo Bzdok, rekan penulis studi dan profesor di departemen teknik biomedis di Universitas McGill dan Ketua CIFAR Artificial Intelligence Kanada.

Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang menjaga interaksi sosial memiliki kemungkinan lebih rendah untuk terserang penyakit yang berkaitan dengan kesepian. Menghabiskan lebih banyak waktu dengan kelompok, seperti klub olahraga, gereja, dan kelompok hobi, dapat membantu mengurangi risiko depresi hingga hampir 25 persen.

"Sekarang lebih mendesak dari sebelumnya untuk mempersempit kesenjangan pengetahuan tentang bagaimana isolasi berdampak pada otak manusia, serta kesejahteraan mental dan fisik," kata Bzdok.

Masa isolasi yang berkepanjangan karena Covid-19 dapat menempatkan banyak orang pada risiko umur pendek. Organisasi publik dan swasta harus meningkatkan upaya untuk mengatasi masalah ini dan membantu mengurangi kesepian, terutama di tengah pandemi yang juga secara signifikan dapat meningkatkan stres dan kecemasan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: