Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom Senior INDEF Sebut Ego Sektoral Kementerian Sebabkan Sektor Pangan Indonesia Terpukul

Ekonom Senior INDEF Sebut Ego Sektoral Kementerian Sebabkan Sektor Pangan Indonesia Terpukul Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance, Faisal Basri persoalan pangan di Indonesia melibatkan lintas kementerian seperti Kemenko Polhukam, Kemenko Perekonomian, Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan Menko Maritim dan Investasi. Keterlibatan sejumlah kementerian tersebut memunculkan persoalan ego sektoral.

“Jadi urusan pangan jadi pilar utama untuk ketahanan bangsa, kekuatan bangsa, keamanan bangsa, kesejahteraan bangsa. Kalau ingin menjadi negara adidaya sektor pangannya harus kuat. AS dan Cina sudah memberikan contoh,” katanya dalam Diskusi Publik Menanti Taji Badan Pangan Nasional, Senin (30/8/2021).

Baca Juga: Market Share Kredit Pertanian Capai 28%, BRI Dorong Sektor Pertanian Terus Tumbuh di Masa Pendemi

Faisal mengatakan persolan pangan di Indonesia mengalami defisit sejak 2007 sampai 2020 dengan melakukan impor pangan. Berdasarkan pengamatan Faisal, selama dua tahun terakhir ini defisit pangan mulai mengalami penurunan sebesar 900 USD.

“Harusnya pangan kita positif karena negara subur dan biodiversitynya terbanyak di dunia. Secara historis sejak ratusan tahun lalu kita unggul,” ungkapnya.

Faisal menyebut Indonesia pernah menjadi sebagai negara juara ekspor gula sedunia pada tahun 1870-1940, dengan terakhir ekspor gula pada 1967 silam. Namun, sejak 2016 Indonesia mulai berubah menjadi negara sebagai negara pengekspor gula terbesar di dunia.

Berdasarkan Global Food Security Index 2020, Indonesia menempati peringkat 65 dengan skor 59,5. Perolehan skor Indonesia tersebut berada jauh di bawah Singapura yang tidak memiliki lahan pertanian, berada pada peringkat 19 dengan skor 75,7. Indonesia mengalami penurunan peringkat jika dibandingkan tahun 2019 yang berada di peringkat 62 dengan skor 60,9.

“Penurunan ini jangan sampai terus terjadi harus kita stop agar kita semakin baik karena kita negara besar penduduknya dengan memberi makan 270 juta orang. Kalau dikasih impor akan menjadi mengkhawatirkan,” katanya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: