Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Effect: Jadi Sasaran Tembak, Elektabilitas PDIP Malah Naik

Jokowi Effect: Jadi Sasaran Tembak, Elektabilitas PDIP Malah Naik Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) makin kokoh sebagai partai yang paling digemari rakyat meski akhir-akhir ini serangan dengan pemberitaan bernada negatif dilayangkan secara masif. Hal itu terbukti dari hasil jajak pendapat 4 lembaga survei di awal tahun 2021 yang menunjukkan kenaikan elektabilitas partai yang berlambang banteng tersebut.

"Membaca hasil survei dan melihat elektabilitas PDIP cenderung naik, membuat saya terkejut. Pasalnya, serangan ke partai ini datang bertubi-tubi akhir-akhir ini. Sang banteng dijadikan target," ujar Pengamat Politik dan Pegiat Media Sosial, Kajitow Elkayeni, Kamis (25/2/2021).

Baca Juga: Tampilannya Sangat Anak Muda Banget, DS: PDIP Rela Beri Kursi ke Ganjar untuk Pilpres?

"Di media sosial, tagar yang menyudutkan partai ini terus diorkestrasi. Kebencian terhadap Jokowi ditembakkan ke partai pendukung utamanya. Mungkin mereka berpikir, jika partai ini tumbang, Jokowi juga akan selesai. Pamornya meredup," tambahnya.

Menurut pengamatannya, dari sisi intensitas serangan yang bermain di kubangan ini bukan main-main. Dia melihat Tempo ikut turun gunung. Framing yang biasanya disasarkan ke Jokowi, kali ini merembet ke partai moncong putih.

"Mereka (Tempo) mengorek-orek sesuatu yang tidak ada. Mengait-ngaitkan satu petunjuk ke petunjuk lainnya. Mirip orang pasang togel. Semua firasat, mimpi dan celoteh orang yang dianggap pintar menjadi buku panduan. Tidak ada akal sehat di sana. Apalagi etika jurnalistik," ungkapnya.

"Hanya waton sulaya, waton jeplak (asal nyinyir, asal mangap)," tambah Kajitow.

Dia pun mengungkapkan, serangan Tempo dalam upaya membusukkan PDIP dengan menyeret para pentolan seperti Herman Hery dan istilah "Madam" dalam kasus bansos adalah upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitas PDIP.

"Namun yang mengejutkan, upaya untuk meredupkan pamor PDIP melalui kasus korupsi bansos, ternyata sia-sia. PDIP menjadi satu-satunya partai yang justru mengalami kenaikan elektabilitasnya," jelasnya.

Diketahui, hasil survei Parameter menunjukkan bahwa PDIP memiliki elektabilitas tertinggi dibanding partai politik lainnya, yaitu 25,1 persen. Sementara itu, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas PDIP sebagai partai teratas dengan 20,1%. Bahkan jika dilakukan semi terbuka, PDIP masih di posisi pertama 24,5%. Survei LSI juga menunjukkan PDIP paling dekat dengan rakyat sebesar 35,4%.

Hasil survei Lembaga Survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP masih teratas, yakni 22,3%. Begitu pula dengan temuan dari survei Litbang Kompas yang dirilis pada Senin (22/2/2021), menunjukkan elektabilitas PDIP tetap nomor satu, yakni 19,7%.

Hasil dari 4 Lembaga Survei yang dirilis awal minggu ini menunjukkan PDIP mendapat elektabilitas teratas dan lebih tinggi dari perolehan pemilu 2019 yang mencapai 18,3%.

Menurut Kajitow, dari perolehan PDIP tersebut bisa disebut "Jokowi effect". Katanya, Jokowi adalah kader PDIP, prestasi yang dilakukan Jokowi dengan sendirinya mendorong nama partai itu naik.

"Barangkali ini yang tidak dihitung oleh orang-orang yang mengorkestrasi serangan ke PDIP. Selama Jokowi bersikap jujur dan bekerja keras, hal itu akan menjadi tameng. Bahwasanya masih banyak kader bersih dan tumbuh bersama rakyat," ujarnya.

Selain itu, PDIP tidak bisa disamakan dengan partai lain. Di masa lalu, ribuan orang rela mati untuk membela partai ini. Orang-orang itu mungkin kini telah menua, tetapi rembesan semangat itu masih ada.

"Naiknya elektabilitas PDIP adalah sebuah anomali. Saya tidak tahu apa reaksi orang-orang yang saat ini berjuang mati-matian untuk meredupkannya ketika mengetahui fakta ini," pungkasnya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: