Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Rivan Kurniawan: Cara Cari Saham Murah Tapi Gak Murahan

KOL Stories x Rivan Kurniawan: Cara Cari Saham Murah Tapi Gak Murahan Kredit Foto: Instagram Rivan Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berinvestasi di saham saat ini menjadi pilihan bagi banyak orang terlebih untuk kaum milenial. Karena, saat ini berinvestasi saham bisa dilakukan dengan modal yang kecil. Jika dilihat, ada banyak saham yang harganya di kisaran Rp10 ribuan sehingga dengan modal Rp1 juta saja sudah bisa membeli 1 lot saham.

Tapi, harga saham yang murah ini bukan berarti sahamnya tidak bagus. Sebab, untuk menilai saham itu bagus atau tidak bukan dilihat dari nominalnya melainkan valuasi perusahaan yang diukur dari Price to Earnings Ratio (PER).

Baca Juga: KOL Stories x Kokocuanlagi: Cara Mengendus Aroma Cuan di Saham

Namun, kalau benar-benar tertarik terjun berinvestasi saham, jangan gampang tergiur pompom saham dari artis atau public figure. Sebaiknya, para investor pemula mengenal dan menganalisis terlebih dahulu saham yang ingin dibeli. Paling tidak ketika memutuskan untuk berinvestasi di suatu saham, investor tahu dasarnya perusahaan tersebut, seperti bisnis perusahaan, kondisi keuangan, kinerja perusahaan dan industrinya, hingga menghitung valuasi sahamnya.

Lalu, bagaimana caranya menghitung valuasi saham dan mengecek harga saham yang murah alias undervalue dan mahal atau overvalue bagi pemula?

Untuk meningkatkan pengetahuan para investor pemula, Warta Ekonomi melalui program KOL Stories akan membahasnya bersama dengan Rivan Kurniawan seorang Indonesia Value Investor yang memulai perjalanan investasi saham sejak tahun 2008.

Sebelum memutuskan menjadi full time investor, Rivan pernah bekerja diberbagai perusahaan nasional dan multinasional. Hingga akhirnya, pada 2016 ia melepas pekerjaannya untuk menjadi full time investor sekaligus praktisi di pasar modal sejak tahun 2016. 

Apakah orang bisa hidup hanya dengan bermodal investasi di pasar saham?

Itu sebenarnya kembali lagi ke gaya hidup kita yang disesuaikan nantinya dengan jumlah modal yang kita miliki di pasar saham. Misalnya, jika saya punya pengeluaran per-bulannya sebanyak 10 juta rupiah. Kemudian dana investasi saham milik saya sebesar 20 juta rupiah. Mungkin jawabannya belum bisa. Artinya, jika kita hanya mengandalkan dari saham dan harus mencukupi kebutuhan Rp10 juta per bulan maka kita harus profit 50 persen perbulan, di mana itu merupakan angka yang cukup berat.

Tetapi saya memiliki rumus, yaitu pengeluaran perbulan dikalikan 300, hasilnya adalah modal yang cukup supaya kita bisa hidup hanya dari investasi saham. Mengapa dikalikan 300? Ini merupakan terjemahan saya untuk memudahkan orang dalam memahami four percent rules. Contoh, kita punya pengeluaran sebanyak Rp10 juta, kemudian dikalikan 300, hasilnya kurang lebih sekitar Rp3 miliar. Dari Rp3 miliar ini akan kita ambil dividennya saja, yaitu 4 persen. Jadi 4 persen dari Rp3 miliar itu kurang lebih adalah sekitar Rp120 juta pertahun dibagi dengan 12 bulan hasilnya Rp10 juta per bulan. Itu jika kita ambil dari dividennya saja.

Katakanlah kita bisa meraih 10 persen dari capital gain. Jadi, Rp10 juta perbulan dikalikan dengan 12 bulan, kemudian hasilnya dikalikan lagi dengan 10, yaitu sekitar Rp1,2 miliar. Jadi dengan Rp1,2 miliar tadi kita bisa meraih profit 10 persen dalam setahun maka akan menghasilkan capital gain sebanyak Rp120 juta, sehingga kita bisa mencukupi kebutuhan Rp10 juta perbulan tadi. Oleh karena itu, kita bisa hidup hanya bermodal investasi saham, tetapi akan membutuhkan waktu. 

Sebelum memutuskan untuk menjadi investor yang ciamik, apa saja yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak mudah terpengaruh dengan pom-pom saham yang belakangan ini ramai terjadi?

Saya punya prinsip seperti ini, sebelum saya berinvestasi pada satu instrument tertentu, kita harus melakukan investasi leher ke atas, yaitu membekali diri kita terlebih dahulu dengan pengetahuan dan skill untuk bisa menguasai instrumen investasi apapun, termasuk jika ingin investasi obligasi atau di reksadana, begitupun dengan saham.

Apa saja yang perlu disiapkan? Pertama dari segi mindsetnya. Jika mindsetnya masih menganggap saham itu cara untuk cepat kaya, maka itu belum tepat karena banyak orang yang kehilangan uang karena punya mindset seperti itu.

Kedua selain mindset, perlu menyiapkan juga modal. Jadi kita sebenarnya bisa menyiapkan modal dari harga terendah, mulai dari Rp100 ribu, meskipun tadi saya mengatakan bahwa untuk bisa fulltime dari investasi saham butuh modal yang tidak sedikit. Tetapi jangan beranggapan bahwa harus langsung terkumpul modal sebanyak itu. Tentu saja ada proses step-by-step dalam mengumpulkan dana sampai investasi kita bisa membiayai pengeluaran kita. 

Apa sih valuasi saham itu?

Jika berbicara valuasi, ada tingkat yang paling sederhana dan ada tingkat yang cukup kompleks. Di tingkat yang sederhana, yang paling banyak digunakan adalah price to earnings ratio dan price to book value.

Di tahun 2020 kemarin, price to earnings ratio ini tidak terlalu relevan untuk dipakai, karena banyak perusahaan yang labanya turun akibat dari pandemi covid-19. Jadi teman-teman harus hitung ulang price to earnings ratio menggunakan kinerja bukan yang sesuai dengan tahun 2020, melainkan bisa satu tahun sebelumnya.

Untuk price to book value masih bisa digunakan karena tidak terlalu volatile seperti halnya price to earnings ratio tadi. Ada hal yang lebih kompleks, misalnya enterprise value /ebitda atau EV/EBITDA. EV/EBITDA ini formulanya agak panjang, tetapi sederhananya adalah kita membandingkan antara enterprise value suatu perusahaan dengan ebitda-nya. Itu semua kurang lebih adalah valuasi yang bisa kita gunakan untuk mengukur apakah harga saham saat ini relatif murah atau mahal.

Dari situ kita nanti going extra mile ke hal yang lebih kompleks, misalnya kita ingin menghitung nilai intrinsik. Menghitung nilai intrinsik ini bisa menggunakan cara yang sederhana dan cara yang kompleks. Misalnya jika kita ingin menghitung dengan cara sederhana memakai perbandingan antara return on equity dengan price to book value-nya. Jadi misalkan jika sebuah perusahaan memiliki return on equity sebesar 10 persen, maka itu layak di hargai price to book value sebesar 1 kali. Untuk cara yang lebih kompleks, kita bisa memakai discounted cash flowEPS discounted modelasset-based-approach, dan masih banyak lagi. 

Banyak orang yang mengatakan bahwa saham ini sedang murah. Jadi, apa yang dimaksud dengan saham murah? 

Banyak teman-teman investor yang mendefinisikan saham murah adalah jika saham hari ini lebih rendah dari harga minggu lalu atau bulan lalu. Itu tidak sepenuhnya tepat. Bisa jadi, harga saham hari ini lebih rendah dari bulan lalu karena memang kinerjanya menurun, prospeknya tidak begitu baik, sehingga pasar mem-valuasi saham tersebut di tingkatan yang pantas untuk tidak dihargai dengan harga yang mahal.

Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa harga saham bisa dikatakan murah dan mahal? Faktor apa saja yang membuat saham dikategorikan murah atau mahal?

Suatu saham bisa dikatakan murah secara nilai apabila harga pasar hari ini masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai intrinsik atau nilai wajarnya. Jadi nilai intrinsik ibaratnya adalah nilai wajar. Contoh, ada perumahan yang nilai wajar di kawasan tersebut 1 miliar rupiah. Ternyata, ada satu properti yang dihargai senilai 700 juta rupiah. Berarti properti terebut lebih murah dibandingkan nilai wajarnya. Itu berarti ada diskon sekitar 70 persen dari 1 miliar rupiah menjadi 700 juta rupiah. Nah, saham juga sama. Ketika kita telah menghitung nilai intrinsik dari sebuah saham adalah 1000 rupiah, kemudian hari ini dihargai 700 rupiah. Maka, ada diskon sebanyak 30 persen.    

Dari pandangan Anda, apa saja sih saham yang masih murah?

Saya akan menyebut sektornya saja supaya teman-teman juga lebih mandiri dalam menganalisis pasar. Jadi, ada beberapa sektor yang prospeknya cukup bagus dan harga sahamnya relatif lebih murah. Misalnya, perusahaan tambang batu bara. Perusahaan ini sempat jeblok di tahun 2018, 2019, dan 2020 karena harga batu bara turun hampir ke 50 dolar AS, padahal sebelumnya ada di level 100 dollar AS.

Di tahun 2021 ini sudah tembus 75 dolar AS. Berarti dengan harga batu bara yang semakin tinggi, maka kinerjanya juga kemungkinan besar akan terangkat. Jika dihitung dengan valuasi, rata-rata itu masih relatif murah. Beberapa yang bisa dijadikan bahan untuk studi lebih lanjut misalnya PTBA, ADARO, ITMG, dan Harum Energy.

Jika dari sektor lain misalnya CPO, sempat di bawah 3 ribu ringgit Malaysia per-tonnya. Sekarang sudah tembus 4 ribu ringgit Malaysia per ton, berarti sekitar 30 sampai 40 persen lebih tinggi harga acuannya. Ini juga diyakini akan mendongkrak kinerja emiten CPO pada tahun 2021. Beberapa emiten yang bisa dijadikan bahan studi meliputi LSIP, TBLA, dan SIMP merupakan emiten yang memiliki prospek yang bagus.

Astra Agro Lestari juga bagus, walaupun tanamannya tergolong tua, namun dari segi bisnis untuk ke depan masih baik. Itu semua untuk jangka menegah-panjang dalam beberapa tahun kedepan, selama siklusnya tidak turun dalam arti ada force major yang membuat harga CPO jadi turun.

Adakah tips berinvestasi bagi para investor pemula?

Jadi, pasar saham adalah instrumen investasi yang bisa memberikan kita selaku investor, keuntungan yang besar. Tetapi, banyak orang yang mindsetnya salah dengan menganggap bahwa pasar saham ini adalah cara untuk menghasilkan uang secara cepat.

Jadi saran saya adalah pertama, bentuk dulu mindset-nya. Mindset yang disarankan untuk bisa investasi di pasar saham adalah mindset jangka panjang, bahwa betul saham ini bisa memberikan keuntungan yang luar biasa bagi kita, namun tetap membutuhkan waktu. Jadi pahami bahwa investasi itu berhubungan erat dengan yang namanya waktu. Semakin panjang timeframe kita ber-investasi, maka resikonya akan jauh lebih kecil.

Kedua, teman-teman perlu investasi leher ke atas seperti baca buku, ikut IG live seperti ini, menonton Youtube, dan jika ingin serius bisa mempertimbangkan untuk ikut workshop atau seminar dengan ilmu yang tentunya lebih mendalam agar kita bisa mengetahui seluk beluknya terlebih dahulu.

Jangan ikut-ikutan perkataan orang, karena resikonya akan menjadi semakin besar. Begitu harga sahamnya turun kita akan menjadi gelisah. Tetapi jika kita sudah investasi leher ke atas, kita tidak akan mudah panik dalam menghadapi sesuatu yang terjadi. Terakhir adalah disiplin. Semakin disiplin, semakin kita bisa dekat dengan tujuan keuangan kita. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: