Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Analis: Saham Samsung Bakal Meroket Tahun Depan, Ini Sebabnya!

Analis: Saham Samsung Bakal Meroket Tahun Depan, Ini Sebabnya! Kredit Foto: Unsplash/Kote Puerto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saham Samsung bisa mengalami reli lebih dari 40% pada tahun depan, berkat melambungnya penjualan televisi dan ponsel pintar dalam waktu dekat. Belum lagi, adanya dorongan dari divisiĀ chip.

Analis Daiwa Capital Markets, SK Kim yang mengutarakan hal itu. Ia pun menargetkan harga 12 bulan pada saham Samsung, dari 82 ribu won Korea menjadi 85 ribu won Korea.

Angka itu mewakili kenaikan sekitar 45% dari penutupan pada Rabu (9/9/2020). "Kami mengharapkan kenaikan pendapatan yang kuat untuk Samsung Electronics pada kuartal III 2020, berkat divisi ponsel pintar dan televisi," ujar Kim, dilansir dariĀ CNBC Internasional, Jumat (11/9/2020).

Baca Juga: Pembatasan Ekspor Teknologi China Ancam Bisnis Apple dkk di China

Baca Juga: Jakarta Mau PSBB Total, Begini Kesiapan Operator Seluler

Pada pertengahan Januari, saham Samsung mencapai level tertinggi, menyentuh angka 62,8 ribu won. Karena hal itu, ada harapan kalau saham Samsung bakal menguat pada 2020. Namun, setelah pandemi corona menyebar, saham Samsung jatuh serendah 42,3 ribu won pada Maret. Sejak saat itu saham sudah membaik, tetapi masih jauh dari rekor pada Januari.

Kim menambahkan, "kami melihat banyak katalisator untuk Samsung pada 2021, berasal dari peluang 5G dan memori--yang harusnya mendorong melambungnya harga saham, menurut pandangan kami."

Sebagian dari tekanan pada saham juga terjadi karena melemahnya harga DRAM, sejenis semikonduktor yang merupakan pendorong utama bisnis Samsung.

Namun, secara keseluruhan, analis optimis terhadap prospek Samsung selama tahun depan; memperkirakan kalau saham perusahaan itu akan mencetak rekor tertinggi baru.

Asal tahu saja, rata-rata analis bertaruh, harga saham Samsung akan meningkat menjadi 71.376 won dalam 12 bulan--naik 20%. Itu menurut data Refinitiv.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: