Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nah, Kan... Twitter Akhirnya Tutup Permanen Akun Donald Trump

Nah, Kan... Twitter Akhirnya Tutup Permanen Akun Donald Trump Kredit Foto: Antara/REUTERS/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden AS Donald Trump telah ditangguhkan secara permanen dari Twitter. Hal ini menyusul terjadinya kerusuhan di negeri Paman Sam itu beberapa waktu lalu.

"Karena risiko hasutan kekerasan lebih lanjut," kata manajemen Twitter seperti dilansir dari BBC, Sabtu, 9 Januari 2021.

Baca Juga: Donald Trump di Ujung Tanduk

Twitter mengatakan keputusan itu dibuat setelah meninjau lebih dekat tweet terbaru dari akun @realDonaldTrump. Beberapa anggota parlemen dan selebriti dikatakan telah menyerukan selama bertahun-tahun di Twitter untuk melarang Trump sama sekali.

Pada hari Kamis, mantan Ibu Negara Michelle Obama juga men-tweet bahwa raksasa Silicon Valley harus berhenti mengaktifkan 'perilaku mengerikan' Trump dan secara permanen mengusirnya.

Mengapa Trump Dilarang?

Sebelumnya, Trump tidak dapat mengakses akunnya selama 12 jam pada hari Rabu setelah dia menyebut orang-orang menyerbu Capitol AS "patriot". Ratusan pendukungnya memasuki gedung Capitol saat Kongres AS berusaha untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden.

Kekerasan yang terjadi kemudian menyebabkan kematian empat warga sipil dan seorang petugas polisi. Twitter kemudian memperingatkan bahwa mereka akan melarang Trump "secara permanen" jika dia melanggar aturan platform lagi.

Setelah diizinkan kembali ke Twitter, Trump memposting dua tweet pada hari Jumat yang dikutip perusahaan sebagai hasil akhir. Dalam satu, dia menulis: "75.000.000 Patriot Amerika yang hebat yang memilih saya, AMERIKA PERTAMA, dan MEMBUAT AMERIKA HEBAT LAGI, akan memiliki SUARA YANG RAKSASA di masa depan. Mereka tidak akan dihina atau diperlakukan tidak adil dengan cara, bentuk, atau bentuk!!!”

Twitter mengatakan tweet ini ditafsirkan sebagai indikasi lebih lanjut bahwa Presiden Trump tidak berencana untuk memfasilitasi 'transisi yang tertib'. Selanjutnya, Presiden Donald Trump juga men-tweet: "Kepada semua yang bertanya, saya tidak akan menghadiri Pelantikan pada 20 Januari."

Twitter mengatakan ini "diterima oleh sejumlah pendukungnya sebagai konfirmasi lebih lanjut bahwa pemilihan itu tidak sah".

Twitter mengatakan kedua tweet ini melanggar kebijakan terkait kekerasan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: