Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ISPO Industri Hilir Ditargetkan Rampung Akhir Tahun Ini

ISPO Industri Hilir Ditargetkan Rampung Akhir Tahun Ini Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan penyusunan sistem sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk industri hilir sawit akan selesai akhir tahun ini. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin, Emil Satria mengatakan, penyusunan ISPO industri hilir sawit yang digawangi pemerintah dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) masih dalam pembahasan oleh para pemangku kepentingan.

Aturan teknisnya nanti akan berbentuk Peraturan Menteri (Permen) atau Peraturan Presiden (Perpres). "Kami sudah menyusun ISPO hilir dengan DMSI, tinggal tugas kami bagaimana mengimplementasikannya ke dalam permen atau perpres. Kami harapkan pada 2021 sudah selesai," katanya, dikutip Elaeis.co.

Baca Juga: 7 Bulan di 2021, Nilai Ekspor Sawit Dekati Total Nilai Ekspor 2020

Perlu diketahui, saat ini, ISPO masih merupakan sertifikasi bagi semua tipe perkebunan baik milik negara, rakyat, dan swasta. ISPO juga sudah sejalan dengan program sertifikasi global, yakni Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

Penyusunan ISPO khusus untuk industri hilir sawit merupakan upaya pemerintah meningkatkan posisi Indonesia dari produsen minyak sawit terbesar di dunia menjadi raja industri hilir sawit pada tahun 2045. Plt.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menambahkan, hilirisasi sawit khususnya di industri oleokimia terus didorong untuk mengantisipasi tren permintaan konsumen dunia pada produk terbarukan. Putu menggarisbawahi tiga hal yang dapat dilakukan untuk mendorong hilirisasi dan pengembangan industri oleokimia.

Pertama, perluasan kapasitas produksi yang didorong oleh efisiensi setelah pemerintah menerapkan insentif harga gas bumi US$6/MMBTU. "Insentif harga gas bumi ini telah dirasakan kurang lebih 20 pabrik oleokimia milik 11 perusahaan," katanya.

Kedua, efisiensi bahan baku minyak sawit melalui penggunaan Industrial Vegetable Oil. Ketiga, eksplorasi komersialisasi hasil industri.

"Pemerintah menyediakan tax deduction sebesar 300 persen untuk penelitian-penelitian yang bisa dikomersialkan. Ini akan bisa membantu terus meningkatkan nilai dari produk oleokimia," jelas Putu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: