Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Pulp dan Kertas Didorong Dukung Ekonomi Berkelanjutan

Industri Pulp dan Kertas Didorong Dukung Ekonomi Berkelanjutan Kredit Foto: Katadata
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pulp dan kertas menjadi salah satu industri skala besar yang menggunakan lahan luas, bahan baku kayu, serta jam produksi pabrik yang tiada henti. Tentu saja hal itu menimbulkan berbagai persoalan terkait lingkungan, kebakaran hutan dan lahan.

Menyikapi tantangan tersebut, Plt Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Edy Sutopo, mengatakan bahwa industri pulp dan kertas memiliki keinginan untuk menerapkan proses produksi yang berkelanjutan. Usaha-usaha tersebut masih terus dikembangkan demi menyelesaikan tantangan di sektor industri pulp dan kertas. Menurut Edy, seluruh industri berkomitmen untuk pelestarian lingkungan.

Baca Juga: Indonesia Harus Gercep Agar Bisa Jadi Pemain Besar di Industri Kendaraan Listrik

"Kita sudah komitmen dengan hal tersebut. Saya kira semua industri komit dengan isu lingkungan ini karena memang kalau kita lihat secara hukum, industri di Indonesia dikembangkan dengan prinsip green consumerism," ucap Edy dalam webinar Katadata dengan tema "Mewujudkan Industri Pulp dan Kertas yang Berkelanjutan" pada Kamis, (18/2/2020).

Edy menambahkan, industri pulp dan kertas Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Saat ini, industri pulp menempati peringkat delapan dunia dan industri kertas peringkat enam dunia. Keunggulan daya saing ini karena, salah satunya, Indonesia memiliki potensi bahan baku pulp dan kertas yang cukup besar dari HTI.

"Indonesia memiliki potensi hutan nomor tiga terbesar di dunia (setelah Brasil dan Zaire) dalam bidang luas area dan potensi produksi hasil hutan. Dengan iklim tropis, produksi kayu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan hutan di negara pesaing yang beriklim subtropis; Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam hal produktivitas bahan baku," ujarnya.

Ia menyatakan bahwa perkembangan permintaan global akan produk industri pulp dan kertas, baik di dalam negeri maupun ekspor, masih menjanjikan, antara lain produk kertas tissue, kertas kemasan, dan sebagainya. Dengan tren transaksi e-commerce yang makin meningkat, hal itu mendorong kebutuhan kertas untuk kemasan kertas dan karton akan tumbuh.

"Selain potensi dari kebutuhan kertas, industri pulp juga saat ini sudah berkembang untuk produk hilir lainnya, yaitu produk dissolving pulp sebagai bahan baku rayon untuk industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)," jelasnya.

Sesuai amanah UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, kata Edy, pemerintah sangat konsen mendorong hilirisasi dalam rangka penciptaan NTB SDA lokal, penyerapan TK dan multiplier effect ekonomi. Melalui berbagai instrumen kebijakan (termasuk R&D), pemerintah mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara, Syarifuddin, menjelaskan, terdapat berbagai usaha untuk menjaga kelestarian hutan. Kalimantan Utara menurut dia menjadi wilayah yang sangat kecil terjadi kebakaran hutan. Hal tersebut karena rutin berjalannya sosialisasi ke masyarakat terkait penanaman dan dana bagi hasil.

Ia menambahkan, di kawasan APL (Areal Penggunaan Lain) digunakan masyarakat untuk bertanam. Asalkan apa yang ditanam mempunyai pangsa pasar, dana hasil bertanam dapat dialokasikan untuk kepentingan bersama.

"Kita selalu mengadakan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman, pengadaan bibit juga kita adakan dari KLHK. Telah disetujui oleh Kementerian Keuangan ada dana bagi hasil, dulu hanya untuk reboisasi sekarang bisa menjadi dana sosial dan penanggulangan kebakaran," jelas Syarifuddin.

Ketua Yayasan Auriga Nusantara, Timer Manurung, mengatakan, penyebaran industri kertas dan pulp penyebarannya yang tidak merata dapat membahayakan ekonomi negara. Apalagi, terdapat dua grup usaha yang memproduksi hampir keseluruhan pulp dan kertas Indonesia.

"Sudah dikuasai segelintir, sebarannya tidak sehat. Industri di Sumatera, kayu dari Kalimantan, belum lagi biaya transportasi jadi besar sekali, tidak adil secara ekonomi. Jadi industri ini harus bisa menopang (ekonomi) Indonesia," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: