Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Ruang Saham: Kenalan Sama Cut Loss, Biar Rugi Gak Makin Dalam

KOL Stories x Ruang Saham: Kenalan Sama Cut Loss, Biar Rugi Gak Makin Dalam Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah sepinya perdagangan dan terus melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal bulan Mei ini pada akhirnya mungkin menyisakan dua jenis investor di pasar modal, yakni investor yang memiliki jumlah uang cash yang besar dan investor yang harus rela uangnya "nyangkut" di saham-saham yang sedang dalam tren turun.

Apabila ditelaah kembali istilah cash is king memang benar adanya. Di saat-saat seperti ini, investor yang memiliki banyak uang cash bisa leluasa mengoleksi saham-saham yang tengah berjatuhan. Namun, nasib sebaliknya menimpa investor yang sudah kehabisan dana. Mereka malah harus menghadapi kenyataan pahit jika investasinya mengalami kerugian. 

Baca Juga: KOL Stories x Miens Catering: Kupas Resep Sukses Bangkit dengan Bantuan Media Sosial

Faktanya, memang tidak mungkin ada satu orang pun yang mau rugi ketika berinvestasi. Tak pernah ada orang di dunia ini yang bergembira ketika harus mengakui dirinya telah membuat keputusan keliru kemudian mesti menanggung kerugian. Kondisi psikologis ini lah yang membuat banyak trader saham menolak untuk mengambil keputusan yang disebut dengan cut loss.

Padahal, secara harfiah cut loss berarti memotong kerugian. Dalam praktiknya, cut loss menjadi salah satu manajemen risiko dalam investasi yang didefinisikan sebagai aksi menjual saham dalam kondisi merugi (di bawah harga modal) untuk menghindari kerugian yang lebih dalam lagi. Tanpa mengingat hal tersebut, banyak investor yang belum sadar jika cut loss justru malah melindunginya dari kerugian yang lebih besar dan besar lagi di kemudian hari.

Maraknya praktik menolak cut loss biasanya disebabkan karena kurang matangnya strategi investasi yang diterapkan para investor ritel khususnya investor pemula.  Untuk itu, Warta Ekonomi akan berbincang dengan Ruang Saham untuk membahas seputar cut loss di acara KOL Stories dengan mengusung tema Kenalan Sama Cut Loss, Biar Rugi Gak Makin Dalam.

Apa sih cut loss itu? Apakah cut loss itu berarti kegagalan?

Jadi cut loss atau stop loss adalah cara membatasi kerugian ketika harga saham sedang jatuh. Artinya, kalian akan jual rugi dan akan mendapatkan capital loss. Misalnya kalian membeli saham Telkom di harga 1000, kemudian harga sahamnya turun ke 900 dan langsung melakukan penjualan. Kalian akan rugi 100 dan itu disebut sebagai cut loss atau stop loss.

Ketika kita bisa melakukan cut loss dengan tepat, sebenarnya kita tidak gagal, karena jika harga saham tersebut akan turun hingga di angka 500, kalian telah berhasil melakukan stop losing. Nah, itu adalah keunggulan dari cut loss, di mana cut loss itu bisa dikatakan sebagai sarana untuk meminimalisir resiko kita di market, dan kalian bisa mengatur resiko tersebut dengan melakukan cut loss.

Mengapa investor harus menerapkan cut loss ketika berinvestasi?

Kita bisa melihat seorang Warren Buffet, di mana saat awal pandemi covid-19, beliau juga melakukan cut loss atau stop loss pada beberapa emiten yang dia investasikan. Salah satu emiten yang beliau cut loss adalah perusahaan penerbangan, karena secara bisnis di masa pandemi, penerbangan adalah salah satu sektor yang cukup terpukul.

Oleh karena itu beliau melakukan cut loss karena melihat prospek dari suatu emiten sudah buruk, jadi untuk apa kita terus invest pada suatu emiten yang kinerjanya terus menurun.

Apa saja yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk cut loss? Lalu, bagaimana cara melakukan cut loss? Kapan waktu yang tepat?

Sebelum melakukan cut loss, pasti kalian sudah membeli saham tersebut. Ketika saham tersebut jatuh atau turun, kalian jangan terlalu panik untuk segera menjualnya. Untuk itu, kalian perlu cari tahu apa alasan pertama kali membeli saham tersebut. Kemudian kalian cek secara kinerja seperti apa, sentimen yang hadir juga seperti apa, dan bagaimana prospek bisnis ke depannya.

Ketika berbicara saham, otomatis kita memiliki kepemilikan suatu perusahaan yang artinya kita juga perlu melihat prospek bisnisnya di masa depan, apakah masih bagus atau tidak. 

Ada salah satu teknik yang dinamakan sebagai average down, di mana seperti contoh sebelumnya saham Telkom yang turun di angka 500. Jika kalian membeli kembali saham tersebut di angka 500, otomatis harga saham rata-rata kalian akan ter-average di angka 750. Jika kita melakukan average down, kita bisa mendapatkan harga saham yang lebih rendah daripada posisi angka terakhir yang kita beli. Namun kalian tetap perlu melihat kinerja dari emiten tersebut.

Untuk melakukan cut loss yang tepat itu bisa kita lakukan setiap saat. Karena semua kemungkinan pasti ada, bahkan saya sendiri pernah melakukan cut loss. Tujuan dari melakukan cut loss adalah untuk meminimalisir risiko yang ada. Jika kita melakukan cut loss pada saham yang harganya akan jeblok, maka bisa dikatakan kita telah berhasil. Tetapi kalian tidak perlu kecewa jika saat di cut loss, harga sahamnya kembali naik.

Jadikan pelajaran apakah saat melakukan cut loss, kalian sudah melakukan hal yang tepat atau belum. Kita bisa melakukan cut loss jika suatu perusahaan memiliki kinerja yang buruk atau terjadi suatu kejadian hukum yang menimpa perusahaan tersebut. 

Bila seorang investor memutuskan untuk tidak melakukan cut loss, apa resiko terburuk yang mengintainya?

Saya pernah melihat emiten yang memiliki harga 24.000 turun ke angka 1000-an. Misalnya seperti ini, jika kalian tidak mau melakukan cut loss dan membeli saham emiten tersebut dari angka 20.000, mungkin beberapa tahun kedepan akan turun di angka 2000. Uang kalian akan ‘nyangkut’ karena harga jualnya sangat kecil dan emiten tersebut belum tentu ada yang ingin membelinya kembali. Itu resikonya. 

Apa yang perlu dilakukan agar kita bisa terhindar dari cut loss?

Jadi cara meminimalisir cut loss adalah kalian perlu cek kinerja dari setiap emiten. Ketika emiten tersebut punya kinerja yang lebih baik, maka emiten tersebut akan kembali ke nilai intrinsiknya. Kalian bisa cari emiten undervalue, karena emiten seperti itu akan kembali ke nilai intrinsiknya. Untuk itu, kalian perlu cek risk berbanding dengan reward-nya.  

Adakah pesan yang ingin disampaikan kepada teman-teman semua?

Untuk para trader, cut loss bukan berarti kalian gagal, tetapi bisa dikatakan kalian sudah bisa lebih disiplin. Sedangkan untuk para investor, cut loss bisa kalian lakukan jika kinerja suatu emiten tersebut sudah buruk. Cut loss itu biasa di pasar saham, dan yang terpenting jangan quit atau exit, ya.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: