Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kelapa Sawit dan Segala Kelebihannya

Kelapa Sawit dan Segala Kelebihannya Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak tahun 2006, Indonesia sudah dinobatkan sebagai raja minyak sawit dunia. Geliat Indonesia dan kelapa sawit sebenarnya tidak hanya di mulai pada periode tersebut, namun sudah ada sejak empat dekade lalu.

Pada tahun 1980an, kedelai masih menjadi raja di pasar minyak nabati dunia dengan dominasi mencapai 51 persen. Sementara proporsi minyak sawit 28 persen, kanola 13 persen, dan bunga matahari 8 persen. Kendati demikian, 20 tahun kemudian, minyak sawit menyalip posisi kedelai tersebut. Bahkan perlahan, hingga 2020, sawit telah membukukan dominasi produksi bagi minyak nabati dunia dengan persentase 44 persen, diikuti kedelai 31 persen, kanola 14 persen, dan bunga matahari 11 persen.

Baca Juga: Harga TBS Sawit Kalimantan Barat Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Caturwulan I 2021

Dari segi ekspor, pada tahun 2010, pasar ekspor Indonesia masih didominasi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar 75 persen, Refined Palm Oil (RPO) + Refined Palm Kernel Oil (RPKO) 38 persen, Oleokimia dan Biodiesel 5 persen. Namun, 10 tahun kemudian, komposisi ekspor tersebut berubah signifikan. Ekspor RPO+RPKO sudah di level 67 persen, CPO 22 persen, dan Oleokimia + Biodiesel 11 persen. Artinya, Indonesia sudah naik level dari hanya eksportir produk hulu menjadi eksportir produk hilir. 

Tidak hanya menyediakan lapangan kerja bagi petani sawit di Indonesia, Data PASPI Monitor mencatat kelapa sawit juga berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat di negara tujuan ekspor dengan jumlah mencapai 2,73 juta orang. Di India, sawit menciptakan lapangan kerja sebesar 42 persen, di China 29 persen, Uni Eropa 3 persen, Amerika 2 persen, Pakistan dan Bangladesh 5 persen, Afrika 7 persen, dan lainnya 13 persen.

Bagi perekonomian nasional, kelapa sawit sudah menjadi penyelamat ekspor non-migas sejak tahun 2012. Direktur Eksekutif PASPI Monitor, Dr. Tungkot Sipayung mengatakan, jika tidak ada sawit maka angka ekspor non migas Indonesia akan negatif yakni minus US$2,5 miliar sampai minus US$17,4 miliar. "Namun, dengan adanya kontribusi sawit, ekspor non migas tersebut berubah menjadi positif; antara US$3,9 miliar hingga US$20,4 miliar pada tahun 2019."

Hadirnya biodiesel sebagai sumber energi ramah lingkungan di Indonesia berdampak positif terhadap penurunan impor minyak fosil. Tahun 2020, implementasi biodiesel di Indonesia bahkan mampu menghemat emisi gas rumah kaca hingga 22,3 juta ton karbondioksida. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: