Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perubahan Iklim Krusial, Kelapa Sawit Cukup Optimal

Perubahan Iklim Krusial, Kelapa Sawit Cukup Optimal Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian. Tidak hanya itu, perubahan iklim juga potensial mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya.

Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multidimensional, mulai dari sumber daya, infrastruktur pertanian, sistem produksi pertanian, aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat umum.

Biasanya, dampak perubahan iklim yang menonjol terhadap tanaman perkebunan terutama pada kelapa sawit, karet, dan cokelat yakni penurunan produktivitas dan kualitas hasil panen.

Baca Juga: Pelan Tapi Pasti, B40 Sudah Menanti

Baca Juga: Harga CPO Kerek Pendapatan AALI ke Angka Rp9,1 Triliun

Dalam Laporan Kementerian Pertanian disebutkan, apabila kelapa sawit mengalami defisit air 200–300 mm per tahun, produksi TBS akan menurun sebesar 21–32 persen. Tidak hanya itu, kekeringan yang terjadi akibat musim kemarau akan memicu terjadinya kebakaran lahan, baik langsung maupun tidak langsung, yang berdampak pada penurunan produksi.

Meskipun demikian, merujuk data analisis curah hujan bulanan pada 22 zona sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), diketahui bahwa curah hujan pada 2020 umumnya lebih tinggi dibandingkan 2018 dan 2019. Bahkan pada sebagian besar zona melebihi curah hujan baseline (1991–2010).

Proyeksi kondisi iklim pada 22 zona yang didasarkan pada indeks anomali El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) tersebut hingga akhir 2020 menunjukkan kondisi iklim yang cukup optimal bagi tanaman kelapa sawit.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, produktivitas kelapa sawit pada zona-zona di utara ekuator diperkirakan akan lebih tinggi pada 2020 dibandingkan 2019. Oleh karena itu, kegiatan pemupukan perlu dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan curah hujan, perlu mewaspadai serangan hama penyakit, dan penerapan manajemen panen–angkut–olah (PAO) yang baik agar dapat tercapai produksi yang maksimal.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: