Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keterwakilan Perempuan di Parlemen Rendah, Wakil Ketua MPR: Harus Naik di Pemilu 2024

Keterwakilan Perempuan di Parlemen Rendah, Wakil Ketua MPR: Harus Naik di Pemilu 2024 Kredit Foto: MPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua MPR, Prof. Dr. Ir. H. Fadel Muhammad, mengungkapkan bahwa perjalanan demokrasi sejak Indonesia merdeka sudah baik dan makin bagus lagi di era reformasi, di mana kedaulatan rakyat sangat dikedepankan dengan berlakunya sistem pemilihan langsung oleh rakyat. Di era ini, rakyat baik laki-laki atau perempuan, bukan hanya memiliki hak untuk memilih, melainkan juga untuk dipilih.

Namun sangat disayangkan, angka keterwakilan perempuan di parlemen pascapemilu 2009 dan 2014 ternyata masih rendah. Untuk lebih membuka akses perempuan di parlemen, di tahun 2018, keluar Peraturan KPU Nomor 20 Tahun 2018 soal pengajuan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang mensyaratkan parpol dalam menyusun daftar bakal calon wajib memuat keterwakilan perempuan paling sedikit 30 persen di setiap dapil.

Baca Juga: Cegah Klaster Baru Covid-19 di Pilkada, Lembaga Pemantau Pemilu Punya Peran Strategis

Peraturan tersebut ternyata mampu memberikan semangat baru sehingga jumlah keterwakilan perempuan di pemilu 2019 naik menjadi 20,5 persen. "Tapi, masih di bawah 30 persen. Saya heran juga kenapa begitu sulit perempuan masuk parlemen. Padahal, kualitas, kapabilitas perempuan Indonesia tidak bisa dianggap enteng, tidak kalah dengan kaum pria," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (12/12/2020).

Hal tersebut disampaikannya dalam gelar acara Seminar Nasional Kebangsaan bertema 'Suara Perempuan di Parlemen' kerja sama MPR dengan Dewan Pimpinan Pusat Sustainable Development Goals (DPP SDGs) Lira, di Kota Gorontalo, Sabtu (12/12/2020).

Hadir dalam acara tersebut antara lain, anggota MPR Fraksi Gerindra Elnino M. Husein Mohi, ST, M.Si, anggota MPR dari Kelompok DPD Rahmijati Jahja, S.Pd, Ketua DPP SDGs Lira Sriyani Haju, akademisi Universitas Negeri Gorontalo Dr. Lilan Dama, S.Pd, M.Pd, dan para peserta yang sebagian besar kaum perempuan anggota SDGs Lira, mahasiswi UNG, serta masyarakat umum.

Pimpinan MPR dari Kelompok DPD ini mengatakan bahwa walaupun belum mencapai 30 persen, jumlah keterwakilan di tahun 2019 harus disyukuri dan mesti ditingkatkan lagi di pemilu selanjutnya. Ini sangat penting sebab di antara negara-negara ASEAN saja, jumlah keterwakilan perempuan di Indonesia yang sebesar 21 persen masih di bawah Filipina yang melebihi 30 persen, Singapura 23 persen, dan Vietnam 27 persen.

"Dari seminar ini, saya berharap akan keluar pemikiran-pemikiran yang bisa mengidentifikasi apa yang menyebabkan rendahnya jumlah keterwakilan perempuan di parlemen sekaligus solusi terbaiknya. Kepada para perempuan Indonesia, saya mengajak agar lebih semangat untuk terjun ke ranah politik sampai menjadi wakil rakyat kalau bisa melebihi 30 persen. Tentu saja dibarengi dengan peningkatan kualitas diri," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: