Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BUMN Karya Merugi, Dahlan Iskan Sebut 'Haus hingga ke Kerongkongan'

BUMN Karya Merugi, Dahlan Iskan Sebut 'Haus hingga ke Kerongkongan' Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan memberikan pandangan tentang kondisi kinerja keuangan BUMN sektor konstruksi yang disebutnya 'haus hingga ke kerongkongan'.

Hal tersebut nampak terlihat dari laporan keuangan beberapa BUMN karya yang ternyata mengalami rugi, atau mengalami penurunan laba dari periode sebelumnya.

Baca Juga: Mantan Menteri BUMN Era SBY Bilang BUMN Konstruksi Hanya Tinggal Tunggu Waktu, Investor Angkat Koper

"Sudah agak lama para pengamat ekonomi memprediksi: BUMN kelompok infrastruktur tinggal tunggu waktu, sulit atau sulit sekali," kata Dahlan Iskan dalam tulisan pribadinya di laman DI's Way, dikutip Senin (5/4/2021).

Adapun Waskita Karya rugi hingga Rp7 triliun. Kemudian, Wijaya Karya yang labanya terjun bebas dari Rp2,2 triliun menjadi kurang dari Rp200 miliar. Adapul laba PT PP yang juga anjlok dari Rp800 miliar menjadi Rp128 miliar.

Dahlan mengatakan, pekerjaan infrastruktur memang gegap gempita beberapa tahun terakhir. Namun, sekuat-kuatnya perusahaan infrastruktur, tetap saja harus mengandalkan sumber dana dari pihak ketiga.

Sementara, pihak ketiga seperti bank juga harus tetap tunduk pada peraturan di bidang perbankan. "Dana bank adalah napas nomor satu mereka. Maka, ketika perusahaan sudah tidak bisa lagi pinjam dana bank, karena sudah mencapai batas atas, bencana tahap 1 pun datang," kata Dahlan.

Lanjutnya, ketika bank sudah tidak bisa memberi pinjaman, pilihannya tinggal obligasi, MTM, dan sejenisnya. Namun, kemungkinan bunga yang diterapkan akan lebih tinggi. Apalagi, jika obligasi sudah jatuh tempo dan perusahaan terbukti gagal bayar, pilihannya hanya menerbitkan obligasi baru dengan bunga yang lebih tinggi.

Bahkan, jika menggunakan opsi right issue di pasar modal, BUMN tetap punya batasan menjual saham ke publik, yaitu 50 persen saja. "Perkiraan saya, merosotnya kinerja keuangan mereka sebagian besar akibat kemakan bunga tinggi," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: