Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Makin Jelas! Usai Dibongkar Bos Survei, Ternyata Eh Ternyata, Isu Kudeta Kelakuannya SBY

Makin Jelas! Usai Dibongkar Bos Survei, Ternyata Eh Ternyata, Isu Kudeta Kelakuannya SBY Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, menilai isu yang dilontarkan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beberapa waktu lalu terkait adanya kudeta di partainya, hingga menyeret nama Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko.

Ia menyebut bahwa Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merencanakan untuk ekspos isu kudeta tersebut. Baca Juga: Ngeri!! Kalau Pendiri Demokrat Sudah Bongkar Semuanya, SBY dan AHY Bisa Bantah?

"King maker-nya atau sutradaranya ya SBY. Nah, maksud dan tujuannya ya tentunya untuk pertama mungkin menghentikan gerakan-gerakan di dalam maupun gerakan-gerakan dari luar yang dalam hal ini adalah Pak Moeldoko begitu, dengan asumsi bahwa jika ini disampaikan ke publik lalu kemudian AHY kirim surat ke Jokowi itu Jokowi akan menghentikan Moeldoko begitu," cetusnya kepada wartawan, Rabu (10/2/2021).

Lanjutnya, ia menyebut bahwa tujuan kedua adalah untuk mendongkrak elektoral Partai Demokrat. "Yang kedua merupakan sebagian dari strategi elektoral baik bagi AHY sendiri maupun bagi Partai Demokrat. Bagi AHY dengan cara ini, maka mengalami lonjakan pemberitaan diharapkan meningkatkan simpati bahkan dukungan karena dizalimi oleh penguasa begitu," sebutnya. Baca Juga: Ngeri Betul! Segitunya Belain Anak, SBY Kasih Tanda-Tanda Demokrat Siap...

Menurutnya, dengan adanya isu tersebut maka bisa meraup suara orang-orang yang tidak pusa dengan kinerja pemerintahan Presiden Jokowi.

"Kemudian pembelahan pemerintah versus oposisi akan terbangun di mana Partai Demokrat adalah oposisi. Nah diharapkan ini bisa menggalang suara masyarakat yang tidak suka atau tidak puas dengan pemerintah dengan Jokowi," ujar Qodari.

"Dan kebetulan pada saat bersamaan Prabowo dan Partai Gerindra yang selama periode 2014-2019 menjadi lawan Jokowi atau berada di luar pemerintahan sekarang sudah bergabung sehingga ada kekosongan di situ. Nah suara itu dimanfaatkan Partai Demokrat, nah itu keuntungan yang diharapkan dengan mengumumkan rencana kudeta itu," sambungnya.

Menurut dia, manuver tersebut bisa saja merugikan Partai Demokrat, sebab publik melihat kepemimpinan Partai Demokrat tidak kuat.

"Nah kerugiannya adalah sebagian dari masyarakat sebetulnya akan melihat bahwa oh ternyata AHY tidak kuat, oh ternyata kepemimpinan PD tidak kuat sehingga simpati akan turun," katanya.

"Pengumuman ini bisa jadi memancing semangat dari mereka yang mau melakukan gerakan kongres luar biasa justru menjadi luas, oh ternyata di dalam tidak kuat, oh kalau begitu kita punya peluang. Sebetulnya pengumuman semacam itu sama dengan melempar darah ke lautan, jadi hiu-hiu mencium bau darah dan dan menimbulkan gerakan kongres luar biasa yang sesungguhnya dalam jumlah besar," tukasnya.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: