Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pentolan Militer AS Minta Dunia Waspada atas Perang Nuklir dengan Rusia atau China

Pentolan Militer AS Minta Dunia Waspada atas Perang Nuklir dengan Rusia atau China Kredit Foto: Creative Commons
Warta Ekonomi, Washington -

Seorang laksamana Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa perang nuklir dengan Rusia atau pun China kemungkinan menjadi nyata. Menurutnya, Washington harus beradaptasi dengan setiap ancaman.

Peringatan itu disampaikan Laksamana Charles Richard, Kepala Komando Strategis AS. Dialah yang bertanggung jawab atas kemampuan serangan nuklir dan pertahanan rudal Amerika.

Baca Juga: Manuver Kapal Capai Selat Taiwan, China: AS Terus Manipulasi dan Ciptakan Ketegangan

Menurut analisisnya, negara-negara adidaya kembali menantang perdamaian global dan AS harus segera beradaptasi untuk mendinginkan ancaman. Peringatannya itu diterbitkan saat Presiden AS Joe Biden mengambil alih kendali negara dari Donald Trump.

Laksamana Richard mengatakan bahwa fokus Pentagon pada kontra-terorisme selama beberapa dekade terakhir telah membuatnya "mengabaikan" ancaman nuklir.

"Ada kemungkinan nyata bahwa krisis regional dengan Rusia atau China dapat meningkat dengan cepat menjadi konflik yang melibatkan senjata nuklir, jika mereka merasa kerugian konvensional akan mengancam rezim atau negara," tulis Richard di surat kabar The Times yang dilansir Daily Mirror, Kamis (4/2/2021).

"Akibatnya, militer AS harus mengalihkan asumsi utamanya dari 'penggunaan nuklir tidak mungkin' menjadi 'penggunaan nuklir adalah kemungkinan yang sangat nyata', dan bertindak untuk memenuhi dan menghalau kenyataan itu," lanjut Richard.

“Sejak runtuhnya Uni Soviet, Departemen Pertahanan tidak harus mempertimbangkan kemungkinan persaingan kekuatan besar, krisis, atau konflik bersenjata langsung dengan rekan berkemampuan nuklir. Sayangnya, lingkungan saat ini tidak lagi memberi kami kemewahan itu."

Analisis suram itu diterbitkan ketika Biden ditekan untuk mengurangi pengeluaran yang dicurahkan Donald Trump untuk militer selama masa kekuasaannya.

Rezim Trump memicu ketegangan dengan Beijing selama pandemi. Trump terus-menerus menyebut COVID-19 sebagai "virus China" setelah wabah dimulai di Wuhan.

Rezimnya berhenti hanya karena malu mendukung teori konspirasi bahwa virus itu buatan manusia dan telah bocor dari laboratorium Wuhan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: