Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sudah Dapat Dana Triliunan Buat Bayar Utang, Harga Saham Perusahaan Sawit Ini Juga Berhasil Melejit

Sudah Dapat Dana Triliunan Buat Bayar Utang, Harga Saham Perusahaan Sawit Ini Juga Berhasil Melejit Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT FAP Agri Tbk (FAPA) menjadi perusahaan pertama yang mencatatkan saham di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan yang mulai beroperasi pada 1994 ini bergerak di bidang perkebunan dan industri kelapa sawit. 

Pada pelaksanaan penawaran umum perdana saham (IPO), perseroan FAP Agri melepas saham ke publik sebanyak 544.411.800 lembar atau setara dengan 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Perseroan menunjuk PT BCA Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. 

Dengan harga penawaran senilai Rp1.840 per saham, maka melalui IPO ini FAPA mampu meraup dana masyarakat sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk membayar utang di bank.

Baca Juga: Makin Jadi Sultan, Intip Koleksi Saham Raffi Ahmad yang Cuannya Aja Udah Bikin Iri Guys!

Saat ini, FAP Agri memiliki kebun sawit seluas 110.000 hektare di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur dan Riau yang mencakup sembilan perusahaan, lima pabrik kelapa sawit (PKS), dengan total kapasitas sebanyak 200 ton per jam. Selain itu, perseroan juga memiliki sebuah pabrik penpengolahan kernel. 

Saat memulai transaksi perdana, harga saham FAPA langsung menyentuh titik autorejection atas atau menguat 25 persen ke level Rp2.300 per saham.

Harga saham FAPA bernilai nominal Rp1.000 per lembar yang ditawarkan Rp1.840 tersebut langsung melonjak ke posisi Rp2.300, meski selanjutnya menurun ke level Rp2.290 dan bergerak fluktuatif di rentang Rp2.200-Rp2.280. Namun, harga FAPA kembali menguat di level Rp2.300, dengan volume transaksi sebanyak 30.348 lot, sehingga nilai transakai FAPA tercatat senilai Rp6,9 miliar.

Direktur Utama FAP Agri, Donny bisnis minyak kelapa sawit memiliki potensi yang besar, karena permintaan internasional yang terus meningkat. "Selain itu, karena tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding minyak nabati lain dan gencarnya kampanye penggunaan biofuel," katanya di Jakarta, Senin (4/1/2021).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: