Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banyak yang Senang Amerika Tanpa Masker, tapi Masih Banyak yang Anggap Masker Jadi Kebiasaan Baru

Banyak yang Senang Amerika Tanpa Masker, tapi Masih Banyak yang Anggap Masker Jadi Kebiasaan Baru Kredit Foto: Reuters/Tami Chappell
Warta Ekonomi, Washington -

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) memperbolehkan warga yang sudah vaksin penuh untuk lepas masker. Namun, beberapa warga enggan melakukannya dan tetap mengenakan masker.

Menggunakan masker nyatanya terasa manfaatnya bagi beberapa orang. Salah satunya Jan Massie yang tidak terkena flu atau pilek dua kali setahun selama mengenakan masker saat pandemi.

Baca Juga: Bisakah Indonesia Menyusul Pencapaian Lepas Masker di AS?

"Saya telah mengenakan masker yang sebenarnya tidak diperlukan. Banyak orang, yang di luar dugaan, juga menggunakannya," kata Massie yang tinggal di pinggiran kota Birmingham.

Dengan kasus Covid-19 yang menurun setelah lebih dari 580.000 kematian dan dengan lebih dari sepertiga populasi AS divaksinasi penuh, jutaan orang memutuskan mempertimbangkan penggunaan masker. Orang memiliki banyak sekali alasan untuk memutuskan berhenti atau terus memakai masker.

Pekan lalu, CDC mengatakan orang yang divaksinasi penuh dapat berhenti memakai masker di luar ruangan dalam kerumunan dan di sebagian besar pengaturan dalam ruangan dan melepaskan jarak sosial. Orang yang sebagian divaksinasi atau tidak divaksinasi harus terus memakai masker.

Panduan tersebut masih menyerukan masker di lingkungan yang ramai termasuk bus, pesawat terbang, rumah sakit, penjara, dan tempat penampungan tunawisma. Namun, rekomendasi itu membuka jalan menuju pembukaan kembali tempat kerja, sekolah, dan tempat lain yang tutup selama pandemi.

Epidemiolog Vanessa Li belum melewati jarak dua pekan dari dosis vaksin keduanya dan terus memakai maskernya bahkan di luar, terutama ketika banyak orang di sekitar.

"Saya kira saya ragu untuk melepasnya karena sudah menjadi kebiasaan dan secara internasional ada strain yang berbeda dan tingkat risiko yang berbeda,” kata Li dari Somerville.

“Perjalanan global meningkat dan itu masih lazim, jadi saya tidak begitu yakin seberapa berisiko setiap orang saat ini," ujar Li.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: