Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Eksis Sejak Lama, General Dynamics, Jadi Kontraktor Pertahanan Kelas Dunia

Kisah Perusahaan Raksasa: Eksis Sejak Lama, General Dynamics, Jadi Kontraktor Pertahanan Kelas Dunia Kredit Foto: Reuters/Mike Blake
Warta Ekonomi, Jakarta -

General Dynamics Corporation adalah perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan Amerika Serikat, yang menjadi salah satu perusahaan raksasa berdasarkan pendapatannya. Namanya tercatat dalam Fortune Global 500 dengan total pendapatan (revenue) 39,35 miliar dolar AS pada 2020.

General Dynamics atau biasa disingkat sebagai GG menjadi kontraktor pertahanan terbesar ketiga di AS dan terbesar ketiga di dunia berdasarkan penjualan. Penjualan GD pada 2020 saja tercatat sekitar 37,9 miliar dolar.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: SPIC, 1 dari 5 Korporasi Listrik Utama di China

Sementara itu, GD mengumpulkan total keuntungan sebesar 3,48 miliar dolar pada tahun itu juga. Dengan aset yang dimilikinya sebesar 48,84 miliar dolar. Seperti dikutip laman Funding Universe, GD dibentuk pada 1954, namun akar sejarahnya telah ada sejak 1899.

GD memiliki sejarah panjang dalam produksi senjata dimulai pada akhir abad ke-19 oleh orang Irandia-Amerika bernama John Holland. Ia membangun kapal selam yang mampu menghancurkan kapal angkatan laut Inggris pada saat itu. Dan karena ketertarikannya, Holland mendirikan Electric Boat Company pada 1899, dengan dukungan keuangan dari investor.

Meskipun kemampuannya dalam menciptakan kapal selam tidak diragukan, tetapi Holland kesulitan dalam menjualnya. Angkatan laut AS tidak tertarik begitu saja sehingga membuatnya bersabar. 

Akhirnya Holland secara efektif kehilangan kendali atas perusahaan tersebut dan mengakibatkan dirinya hanya menerima gaji 90 dolar per minggu sebagai kepala insinyur. Padahal perusahaannya saat itu telah berhasil menjual kapal selam 300.000 dolar per unitnya.

Meski demikian, Electric Boat tetap mendapat reputasi baik antara 1904 dan 1905 ketika berhasil menjual kapal selam ke Jepang dan Rusia yang keduanya tengah berperang. Kapal selam Holland juga berhasil terjual ke Angkatan Laut Kerajaan Inggris. 

Karier Holland dalam industri perkapalan sangat berat. Ia kemudian digantikan posisinya sebagai kepala insinyur dengan orang bernama Lawrence Spear. Spear lantas mengubah desain kapal selam milik Holland, dengan menambah kesepatan, periskop, dome, dan torpedo. Kapal selam penuh potensi itu belum dikenali sampai Perang Dunia I ketika kapal selam U-Boat Jerman mengganggu Inggris.

Pada 1917, perusahaan mengganti namanya sebagai Submarine Boat Corporation. Namun karena menghadapi kebangkrutan setelah perang, perusahaan diambil alih dan direorganisasi, serta namanya dikembalikan sebagai Electric Boat Company sejak 1925. Ia fokus pada pembuatan kapal di permukaan.

Saat Perang Dunia II, Spear digantikan oleh John Hopkins pada 1937. Di posisinya kuatnya itu, Hopkins sangat bertanggung jawab atas perubahan kearah lebih baik dari perusahaan itu.

Akibatnya, Hopkins memprakarsai reorganisasi lain dari Electric Boat, yang mencakup diversifikasi ke industri komersial dan pertahanan terkait. Pada tahun 1947 Electric Boat membeli Canadair Limited dari pemerintah Kanada seharga 22 juta dolar.

Encyclopedia menulis, Canadair memproduksi kapal terbang dan memodifikasi DC-4 selama perang, tetapi penjualannya sangat berkurang selama masa damai. Serangkaian peristiwa, termasuk Blokade Berlin, Ledakan bom atom Soviet, dan perang di Korea, mendorong permintaan akan pesawat baru, termasuk pesawat latih T-33, F-86 Sabres, dan DC-6 yang dibangun di bawah kontrak Canadair.

Pada awal 1950-an, kesuksesan Canadair mulai membayangi kesuksesan Electric Boat; beberapa penasihat bisnis bahkan menyarankan agar Canadair membeli Electric Boat dan mengoperasikannya sebagai anak perusahaan. Sebaliknya, pada 21 Februari 1952, sebuah perusahaan induk baru bernama General Dynamics Corporation didirikan untuk mengelola operasi Canadair and Electric Boat.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: