Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pentolan PBB Marah-marah Setelah Tahu 75% Vaksin Corona Dunia Dikuasai 10 Negara Kaya

Pentolan PBB Marah-marah Setelah Tahu 75% Vaksin Corona Dunia Dikuasai 10 Negara Kaya Kredit Foto: Reuters/Lisi Niesner
Warta Ekonomi, Jenewa -

Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengkritik tajam distribusi vaksin COVID-19 yang sangat tidak merata dan tidak adil di antara negara-negara di dunia. Dia mengatakan hanya 10 negara yang telah mendaftar untuk membeli 75 persen dari total vaksin yang ada.

Berbicara dalam pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB, Guterres mengatakan masih ada 130 negara di dunia yang belum menerima satu pun dosis vaksin.

Baca Juga: Di Tengah Meningkatnya Kekhawatiran, Vaksinasi Covid-19 AS Bakal Dipercepat Biden

"Pada saat kritis ini, pemerataan vaksin merupakan ujian moral terbesar di hadapan masyarakat global," kata Guterres seperti diberitakan Al Jazeera, Kamis (18/2/2021).

Guterres pun menyerukan program Rencana Vaksinasi Global (Global Vaccination Plan) yang mendesak dunia untuk menyatukan mereka yang memiliki kekuatan untuk memastikan distribusi vaksin yang adil. Hal ini juga untuk memastikan semua orang di setiap negara mendapatkan inokulasi sesegera mungkin.

Sekjen PBB Guterres juga meminta negara dengan ekonomi terbesar di dunia dalam kelompok G-20 untuk membentuk gugus tugas darurat yang harus memiliki kapasitas untuk menyatukan perusahaan farmasi serta pelaku industri dan logistik utama.

Sementara Aliansi vaksin multilateral COVAX yang merupakan proyek WHO untuk membeli dan memberikan vaksin COVID-19 untuk orang-orang termiskin di dunia dianggap telah gagal mencapai tujuan.

Selayaknya COVAX mampu memulai vaksinasi di negara-negara miskin pada saat yang sama ketika suntikan diluncurkan di negara-negara kaya.

Diketahui banyak negara berkembang dalam beberapa pekan terakhir mulai menandatangani kesepakatan pribadi secara bilateral untuk membeli vaksin tanpa menunggu COVAX.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: