Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peneliti Oxford: Sepertinya, Kita Tak Butuh Vaksin Covid-19

Peneliti Oxford: Sepertinya, Kita Tak Butuh Vaksin Covid-19 Kredit Foto: IStockPhoto/Manjurul
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari enam bulan sudah berlalu sejak infeksi virus corona jenis baru muncul pertama kali. Hingga kini, para ilmuwan pun terus berusaha menciptakan vaksin untuk menghentikan penyebaran virus ini.

Meski seluruh dunia tengah menggantungkan harapan akan terciptanya vaksin, peneliti di Oxford merasa bahwa pandemi Covid-19 yang sudah menyebabkan lebih dari 500 ribu kematian akan hilang dengan sendirinya tanpa butuh vaksin.

Baca Juga: Siapkan Pabrik, Bill Gates Yakin 2 Vaksin Corona Ini Mujarab

Dikutip dari laman Times of India, Profesor Sunetra Gupta, seorang peneliti di Oxford University merasa bahwa meski banyak studi dilakukan pada efikasi vaksin, Covid-19 mungkin akan menjadi sekadar pandemi lainnya seperti flu. Karenanya, kita tidak akan butuh sesuatu yang khusus untuk hal yang sama.

Berbicara kepada sebuah agensi media, profesor itu mengatakan bahwa Covid-19 hanya akan berbahaya pada mereka yang masuk ke dalam kategori berisiko tinggi. Sementara, mereka yang sehat bisa sembuh dengan cepat.

"Apa yang kami sudah lihat adalah pada orang yang normal, sehat, yang bukan lansia atau lemah atau tidak punya komorbiditas, virus ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan lebih dari kita khawatir terhadap flu," ujarnya.

Dia juga pendukung yang kuat terhadap fakta bahwa vaksin, meskipun akan digunakan, idealnya harus digunakan pada mereka dengan imunitas rendah atau mereka yang ada dalam kelompok rentan.

Profesor Gupta pun menyebutkan bahwa membangun vaksin virus corona lebih mudah daripada vaksin influenza, yang lebih fatal bagi populasi manusia.

"Semoga angka kematiannya lebih rendah dari influenza. Saya rasa itu cukup mudah untuk membuat vaksin untuk virus corona. Sebelum akhir musim panas, kita harus sudah punya bukti kalau vaksinnya berhasil," katanya.

Dia menambahkan, meski pembatasan wilayah di seluruh dunia bisa membantu menghadang penyebaran virus hingga batas tertentu, kebijakan itu bukanlah solusi pemain nonfarmasi untuk melawan pandemi.

Pernyataan profesor itu mungkin sejalan dengan apa yang WHO sebutkan sebulan lalu. Meski WHO sudah mengakui pembangunan yang cepat di garda depan dunia, seorang pejabat WHO dari kesehatan tubuh pernah mengatakan bahwa vaksin yang siap untuk diberikan ke publik mungkin memakan waktu 4-5 tahun.

Pejabat itu juga mengatakan adalah salah jika bergantung pada vaksin saja. Langkah lainnya harus dilakukan juga.

Meski beberapa vaksin sudah dikembangkan dan diuji dan sejauh ini dianggap aman dan efektif, penyebaran dan ketersediaan vaksin untuk publik akan memakan waktu lebih lama. Mulai dari uji klinis, menguji kemungkinan efek samping, biaya dan produksi, membuat vaksin seringkali butuh waktu bertahun-tahun. Ini mungkin adalah vaksin pertama yang dikembangkan dalam alur yang cepat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: