Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wabah Corona dan Pasokan Libya Kurang, Harga Minyak Mentah Hampir Flat

Wabah Corona dan Pasokan Libya Kurang, Harga Minyak Mentah Hampir Flat Kredit Foto: Reuters/Fabian Bimmer
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia mendekati flat pada Selasa (18/2/2020). Ditekan oleh kekhawatiran atas dampak wabah corona pada permintaan minyak, juga karena pengurangan pasokan minyak Libya.

Reuters, Selasa (18/2/2020) melaporkan, minyak mentah Brent naik 8 sen menjadi US$57,75 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate berjangka tidak berubah dari fase sebelumnya, menetap di angka US$52,05 per barel.

Baca Juga: Corona Sebabkan Harga Minyak Mentah Indonesia Anjlok

Meski jumlah kasus baru corona di China menurun, para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk menilai apakah wabah sudah teratasi. Badan Energi Internasional (IEA) mengurangi estimasi permintaan minyak tahun ini karena virus corona.

Virus ini memiliki dampak yang lebih luas di pasar keuangan. Saham Asia jatuh dan Wall Street juga mundur setelah Apple Inc mengatakan akan kehilangan pendapatan triwulanan karena lambatnya produksi iPhone dan melemahnya permintaan di China.

IEA pekan lalu mengatakan, permintaan minyak kuartal pertama kemungkinan akan turun 435.000 barel per hari (bph) dari tahun lalu. Sementara, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu termasuk Rusia telah mempertimbangkan pengurangan produksi untuk mendukung harga minyak. Kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ membuat perjanjian untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,7 juta barel per hari hingga akhir Maret.

"Para menteri perminyakan OPEC+ akan bertemu di Wina pada Jumat 6 Maret 2020 sesuai rencana semula," kata seorang pejabat senior Kementerian Energi Rusia, Selasa.

Kelompok ini akan mempertimbangkan rekomendasi dari pertemuan tersebut untuk mengurangi pasokan hingga 600.000 barel per hari. OPEC telah mencoba meyakinkan Rusia untuk mengurangi produksi minyak. Moskow akan mengungkapkan sikapnya dalam beberapa hari mendatang.

"OPEC+ belum menunjukkan tanda-tanda bereaksi terhadap penurunan permintaan terkait virus dengan melakukan pengurangan produksi tambahan," kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank.

Produksi minyak di Libya telah runtuh sejak 18 Januari karena blokade pelabuhan dan ladang minyak. "Pengaruh fundamental masih terlihat pada hilangnya ketersediaan pasokan Libya secara terus-menerus," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Di tempat lain, stok minyak mentah Arab Saudi turun 11,8 juta barel pada Desember meski pengiriman dari eksportir minyak terbesar dunia stabil.

Sementara itu, data dari Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan bahwa produksi minyak serpih AS diperkirakan naik sekitar 18.000 barel per hari pada Maret ke rekor 9,18 juta barel per hari yang didorong oleh kenaikan di Permian Basin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: