Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Jadinya Jika Sunset Ditonton dari Planet Lain, Penasaran?

Begini Jadinya Jika Sunset Ditonton dari Planet Lain, Penasaran? Kredit Foto: REUTERS/Agustin Marcarian
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketika berpikir untuk menjelajahi planet lain dan benda langit, banyak orang yang cenderung berfokus pada sejumlah pertanyaan besar, mulai dari bagaimana para astronot akan tinggal di sana. Selain itu, bagaimana strategi dan teknologi seperti apa yang dibutuhkan untuk berada di sana dalam jangka panjang.

Dilansir Universe Today, banyak orang yang pada akhirnya cenderung mengabaikan hal-hal sederhana dari misteri alam semesta tersebut, mulai dari bagaimana rasanya menatap langit dari planet lain; bagaimana Bumi, bintang-bintang, dan bulan muncul di orbit; hingga bagaimana rasanya menyaksikan matahari terbenam. Seluruhnya adalah hal-hal yang mungkin dianggap remeh oleh banyak orang, tetapi sebenarnya sangat menarik untuk diketahui.

Baca Juga: Ilmuwan NASA Perdebatkan Rahasia di Balik Gumpalan Awan di Langit Jupiter, Seperti Apa?

https://universetoday.com/wp-content/uploads/2020/06/image-1.png

NASA diketahui memiliki alat untuk menyimulasikan bagaimana bentuk matahari terbenam dari benda lain di Tata Surya, selain Bumi. Simulasi dibuat oleh Geronimo Villanueva, seorang ilmuwan planet dari Goddard Space Flight Center NASA, yang mengembangkannya sambil bekerja pada alat pemodelan komputer untuk kemungkinan misi ke Uranus.

Ketika misi semacam itu terjadi, wahana tersebut akan turun ke atmosfer Uranus dan menggunakan alat ini untuk memperoleh spektrum dan menentukan komposisinya. Seperti yang dapat dilihat, simulasi Villaneuva membandingkan bagaimana matahari terbenam akan terlihat di berbagai dunia menggunakan Bumi sebagai "kelompok kontrol", baik pada malam yang cerah maupun ketika langit berkabut.

Matahari terbenam di Uranus muncul sebagai cahaya biru yang kaya di langit yang lambat laun menjadi biru saat matahari tenggelam ke cakrawala. Warna ini disebabkan oleh interaksi sinar matahari dengan atmosfer Uranus, yang kaya akan hidrogen, helium, dan metana.

Gas-gas itu menyerap panjang gelombang yang lebih panjang dari spektrum merah, oranye, dan kuning, serta foton dengan panjang gelombang yang lebih pendek, yaitu berwarna biru dan hijau, untuk tersebar dan bertabrakan dengan molekul lain di atmosfer.

Hal ini mirip dengan apa yang terjadi di atmosfer Bumi pada hari yang cerah, di mana cahaya berserakan saat berinteraksi. Ketika ini terjadi, foton biru dengan panjang gelombang lebih pendek tersebar, menyebabkan langit tampak biru.

Sementara itu, matahari terbenam di Venus atau disebut juga sebagai Matahari Cytherean muncul dengan warna kuning pudar, yang secara bertahap berubah menjadi cokelat tua saat matahari tenggelam ke cakrawala. Ini adalah hasil dari sinar matahari yang sulit menembus atmosfer Venus yang sangat padat dan beracun, yang sebagian besar terdiri atas karbon dioksida dengan jejak nitrogen dan gas lainnya.

Kemudian, ada Mars yang mengalami hal serupa, yaitu langit abu-abu pudar dan cahaya yang intens saat mencapai cakrawala. Jika melihat lebih dekat, Anda juga akan melihat bagaimana Matahari tampak biru sebelum tenggelam di bawah cakrawala. Ini adalah pemandangan yang biasa bagi para misi penjelajah, yang telah menyaksikan matahari terbenam biru di Mars lebih dari satu kali.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: