Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngambek Gak Diundang KTT ASEAN, Jenderal Kudeta Myanmar: Siap Bebaskan 5 Ribu Lebih Tahanan

Ngambek Gak Diundang KTT ASEAN, Jenderal Kudeta Myanmar: Siap Bebaskan 5 Ribu Lebih Tahanan Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Naypyidaw -

Junta Myanmar akan membebaskan lebih dari 5 ribu tahanan anti-kudeta. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Militer Myanmar, Min Aung Hlaing, pada Senin (18/10/2021) dengan menyebut jumlah tahanan yang dibebaskan mencapai hingga 5.636 orang. 

Min Aung Hlaing mengatakan pembebasan itu adalah untuk menandai festival Thadingyut yang diselenggarakan pada Oktober ini. 

Baca Juga: Jenderal Kudeta Myanmar Cuma Berani Main Sindir ASEAN tapi Lihat Aksinya Kendor!

Sebagaimana diwartakan AFP, pernyataan Min Aung Hlaing muncul hanya beberapa hari setelah dia dikeluarkan dari pertemuan KTT ASEAN yang digelar pada 26-28 Oktober mendatang.

Pada Sabtu (16/10/2021), ASEAN secara resmi menyatakan tak akan mengundang pemimpin junta Myanmar. Sebaliknya, yang diminta hadir di KTT ASEAN adalah 'perwakilan non politik dari Myanmar'.

Menurut sumber Reuters, putusan ASEAN itu dilatarbelakangi karena Myanmar hingga kini tak mampu menunjukkan komitmen untuk menjalankan lima konsensus yang disepakati dalam KTT pada April di Jakarta.

Adapun poin konsensus yang dimaksud di antaranya mencakup penghentian kekerasan di Myanmar, dialog konstruktif untuk solusi damai, hingga akses bagi ASEAN untuk memfasilitasi mediasi dan penyaluran bantuan.

Blok tersebut, yang secara luas dikritik sebagai organisasi ompong, mengambil sikap tegas setelah junta menolak permintaan agar utusan khususnya bisa bertemu dengan 'semua pemangku kepentingan' di Myanmar. Pernyataan ASEAN itu terlihat mencakup pertemuan dengan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Junta mengecam keputusan tersebut, dan menuduh ASEAN telah melanggar kebijakan non-intervensi dalam urusan dalam negeri negara-negara anggotanya.

Sejak kudeta tahun 1962, Myanmar sebagian besar diperintah oleh militer. Negara yang dikendalikan militer itu kemudian bergabung di ASEAN pada 1997, tetapi menurut AFP, mereka telah menjadi duri bagi blok ASEAN. 

Hingga Februari 2021, Myanmar kembali diterpa kudeta dengan para pemimpin sipil, termasuk Aung Suu Kyi dan partainya NLD yang menang pemilu, dilengserkan oleh junta.

Sejak itu, Myanmar terjerumus ke dalam kekacauan dengan warga yang memprotes kudeta dibalas dengan kekerasan mematikan oleh junta.

Imbasnya, nyawa warga sipil bergelimpangan. Laporan terbaru menyebut korban sipil yang tewas dalam kekerasan militer mencapai lebih dari 1.100 jiwa. Sementara warga yang ditangkap junta menyentuh hingga 8 ribu orang lebih.

"Lebih dari 7.300 saat ini berada di balik jeruji besi di seluruh negeri," kata organisasi pemantau Myanmar, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dalam sebuah pernyataan.

Pada Juli lalu, pihak berwenang Myanmar juga membebaskan lebih dari 2 ribu pengunjuk rasa anti-kudeta dari penjara di seluruh negeri. Di antara yang dibebaskan itu termasuk sejumlah wartawan yang kritis terhadap pemerintah militer. Namun, jurnalis Amerika, Danny Fenster, dilaporkan masih ditahan junta. Sementara diketahui, Fenster ditangkap sejak 24 Mei lalu.

Sementara dalam pembebasan kali ini, kepala junta tidak memberikan rincian tentang siapa yang akan dimasukkan dalam daftar. Otoritas penjara setempat juga tidak kunjung menanggapi permintaan komentar dari AFP.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: