Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perang Cuan 4 Perusahaan Pemilik Brand Air Mineral: Le Minerale hingga Cleo! AQUA?

Perang Cuan 4 Perusahaan Pemilik Brand Air Mineral: Le Minerale hingga Cleo! AQUA? Kredit Foto: Tanobel
Warta Ekonomi, Jakarta -

AQUA dikenal sebagai market leader dalam industri air kemasan di Indonesia. Sayangnya, PT Aqua Golden Mississipi sebagai produsen AQUA tidak lagi menjadi bagian dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasalnya, perusahaan yang sempat go public pada 1 Maret 1990 ini memutuskan untuk kembali go private pada 1 April 2011 lalu. 

Kendati begitu, masih ada sejumlah pemain dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK) yang sahamnya tercatat di pasar moda. Mereka adalah PT Tri Banyan Tirta Tbk, pemilik brand alto; PT Sariguna Primatirta Tbk, pemilik brand Cleo; PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, pemilik brand Club; dan PT Mayora Indah Tbk, pemilik brand Le MineraleBaca Juga: Perang Cuan 5 Bank yang Angkat Koper dari Aceh: BRI, CIMB Niaga, BNI, Mandiri, dan Panin

Mengingat bahwa status keempat produsen AMDK tersebut merupakan perusahaan tercatat di BEI, seluruhnya diwajibkan untuk melaporkan kinerja keuangan perusahaan secara berkala kepada publik, sedangkan AQUA tidak. Lantas, bagaimana kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan sepanjang tahun 2020? Simak rangkumannya berikut ini. Baca Juga: Perang Cuan Raksasa Emiten Rokok: HM Sampoerna vs Gudang Garam, Sama-Sama Anjlok

Indofood - Club (+31%)

Konglomerasi bisnis milik Salim juga turut terjun ke industri AMDK dengan merek Club yang diproduksi oleh entitas anak PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yakni PT Tirta Sukses Perkasa. Berada di bawah payung Grup Indofood, ICBP berhasil mendongkrak laba bersih hingga 31% sepanjang tahun 2020 lalu.

Jika per Desember 2019 lalu laba bersih ICBP hanya Rp5,04 triliun, angkanya bertumbuh signifikan menjadi Rp6,59 triliun per Desember 2020. Hal itu selaras dengan lonjakan pendapatan ICBP yang mencapai 10% dari Rp42,30 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp46,64 triliun pada akhir 2020. Pertumbuhan aset ICBP juga tak kalah signifikan, yakni dari Rp38,71 triliun pada 2019 menjadi Rp103,59 triliun pada 2020.

Mayora Indah - Le Mineralle (+3,51%)

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menjadi salah satu pemain rakasasa di bisnis fast moving consumer goods (FMCG). Berbagai macam produk dikeluarkan, termasuk air minum dalam kemasan yang menjadi kompetitor bagi AQUA, yakni Le Minerale. 

Sepanjang tahun 2020 lalu, produsen Le Minerale ini berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp2,06 triliun. Capaian tersebut tumbuh 3,51% dari laba bersih pada tahun 2019 lalu yang hanya Rp1,99 triliun. Sayangnya, dari segi pendapatan Mayora justru mengalami penurunan. 

Meskipun begitu, koreksi pendapatan Mayora terbilang tipis, yakni hanya 2,19% secara tahun ke tahun (yoy). Jika pada akhir 2019 lalu pendapatan produsen aneka makanan ringan ini mencapai Rp25,03 triliun, nilai tersebut menurun menjadi Rp24,48 triliun pada akhir tahun 2020. Dari segi aset, Mayora mencatatkan pertumbuhan, yakni dari Rp19,04 triliun pada 2019 menjadi Rp19,78 triliun pada 2020. 

Sariguna Primatirta - Cleo (+1,54%)

Pemain bisnis AMDK berikutnya adalah PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO). Pemilik brand air kemasan CLEO ini berhasil mencetak kenaikan laba bersih hingga 1,54%, yakni dari Rp132,77 miliar pada 2019 menjadi Rp130,76 miliar pada 2020. 

Kendati laba bertumbuh, pendapatan atau penjualan bersih CLEO sepanjang tahun 2020 lalu justru terkoreksi. Secara tahunan, CELO mencatat penjualan bersih turun 10,35% dari Rp1,08 triliun pada Desember 2019 menjadi Rp972,63miliar pada Desember 2020. Kemudian, aset CLEO mengalami kenaikan dari awalnya Rp1,25 triliun pada 2019 menjadi Rp1,31 triliun pada 2020.

Tri Banyan Tirta - ALTO (-21,71%)

Perusahaan AMDK berikutnya adalah PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) yang merupakan produsen minuman kemasan bermerek alto. Namun, hingga berita ini dimuat, ALTO belum menyampaikan laporan keuangan tahun 2020 di keterbukaan informasi BEI. Terakhir kali, ALTO melaporkan kerugian sebesar Rp8,26 miliar pada kuartal ketiga tahun 2020. Angka tersebut menurun 21,71% dari rugi ALTO pada kuartal ketiga tahun 2019 lalu yang mencapai Rp10,55 miliar.

Pada periode tersebut pula, penjualan bersih yang dikantongi ALTO mengalami penurunan. Per September 2020, ALTO mengantongi penjualan bersih sebesar Rp238,22 miliar atau 0,56% lebih rendah dari penjualan pada September 2019 lalu yang mencapai Rp239,55 miliar. Aset ALTO pun ikut menyusut, yakni dari awalnya Rp1,103 triliun pada Q3 2019 menjadi Rp1,100 triliun pada Q3 2020.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: