Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Budidaya Porang Makin Banyak, Hey Petani Porang, Tolong Jangan Naikkan Harga Terlalu Ekstrem!

Budidaya Porang Makin Banyak, Hey Petani Porang, Tolong Jangan Naikkan Harga Terlalu Ekstrem! Kredit Foto: Antara/Siswowidodo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur PT Asia Prima Konjac, Revie Christianto Gozali mengungkap dalam sebuah acara Webinar Porang bertajuk "Persiapan Masa Panen, Petani Porang Sejahtera, Industri Porang Mendunia", bahwa hari ini porang sudah dibudidayakan, jadi jarang sekali ditemukan porang yang diambil secara liar.

Adapun lokasi di Indonesia yang membudidayakan porang yaitu Banyuwangi 1.400 ton/musim, Jember 7.000 ton/musim, Probolinggo 2.900 ton/musim, hingga NTT hingga 17.000 ton/musim. Dari data tersebut, Revie melihat potensi di NTT besar sekali. Selain daerah-daerah itu, masih banyak daerah yang mulai mengembangkan untuk membudidayakan porang.

Selain itu, Revie juga membeberkan data dari Kementan bahwa hasil porang kering atau chips per tahunnya mencapai 10.000 ton, sehingga porang basahnya berarti mencapai lebih dari 100.000 ton per tahun. Adapun, tujuan membudidayakan porang ini bisa untuk dua hal, yaitu chips dan tepung.

Baca Juga: Hey, Petani Porang! Dahlan Iskan Wanti-Wanti Jangan Rakus Pasang Harga Tinggi, Kalau Tidak Nanti...

Untuk chips, tujuan ekspornya yakni ke China dan Jepang. Perusahaannya, PT Asia Prima Konjac mampu menampung 20.100 ton porang basah per tahun 2021, sehingga bisa memproduksi chips sekitar 2.800 ton dan produksi tepung 1.500 ton.

Revie mengungkap bahwa potensi pabriknya ini bisa sampai 63.000 ton per tahun, chips 9.000 ton dan tepung 4.700 ton. Revie mengaku perusahaannya siap menambah mesin jika bahan baku memang tersedia banyak. Namun, permasalahannya adalah bahan baku, tanaman porang kini harganya naik semakin ekstrem. Revie berharap petani porang bisa menjaga agar harga porang tidak naik terlalu tinggi.

Revie mengkhawatirkan jika harga terlalu tinggi, maka bisa saja muncul tepung pengganti porang di kemudian hari. Karena itu, Revie berharap petani porang bisa menjaga harga agar tidak seperti singkong yang harganya hanya Rp300 perak.

Lebih lanjut, untuk menerima porang masuk ke pabriknya, Revie mengungkap bahwa mereka melihat kualitasnya dari ukuran terlebih dahulu yakni di atas 8 cm atau biasanya di atas 500 gram. Setelah itu, sebaiknya porang tersebut di simpan di karung bawang sudah dalam keadaan bersih, atau kotoran hanya beberapa persen. Sehingga, chips dan tepung dari porang ini memiliki kualitas terbaik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: