Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Gudang Garam, dari Industri Rumahan Jadi Pabrik Rokok Raksasa

Kisah Perusahaan Raksasa: Gudang Garam, dari Industri Rumahan Jadi Pabrik Rokok Raksasa Kredit Foto: Gudang Garam
Warta Ekonomi, Jakarta -

Istri Surya Wonowidjojo, Tjan Siok Tjien tutup usia pada akhir pekan lalu. Kepergian sosok itu membuat publik mengingat sejarah berdirinya Gudang Garam (PT Gudang Garam Tbk).

Bermula dari bekerja di perusahaan rokok sang paman, Surya Wonowidjojo bisa menghadirkan sebuah pabrik rokok raksasa di Indonesia, yaitu Gudang Garam. Sekitar tahun 1920, Surya pindah dari Fujian (Tiongkok) ke Sampang, Madura. Ketika berumur 20 tahun dia bekerja di pabrik rokok Cap 93 yang dimiliki oleh Tjoa Kok Tjiang, sang paman.

Berbekal pengalaman dan pengetahuan selama bekerja itulah, Surya memberanikan diri untuk mendirikan perusahaan rokoknya sendiri saat berusia 35 tahun. Lokasi pabrik Surya berada di Jalan Semampir II/l, Kediri, dengan luas kurang lebih 1000 m².

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Bank of America, Perbankan Terkaya Kedua di AS Berumur 2 Abad Lebih

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Steven Cohen, Miliarder yang Sukses Berkat Aset Manajemen

Saat itu pabrik rokok Surya masih menyandang nama Inghwie, sesuai dengan nama rokok klobot yang dihasilkannya. Dua tahun kemudian, Inghwie berubah nama menjadi Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam. Logo Gudang Garam diilihami dua bangunan yang terletak di dekat pabrik rokok Tjap 93, tempat kerja Tjoa sebelumnya, yang kebetulan berdekatan dengan rel kereta api.

Surya merupakan sosok yang terkenal punya etos kerja yang tinggi dalam memimpin Gudang Garam. Dia kerap bekerja keras hingga pulang larut malam. Dia juga terkenal dengan inovasi pendirian unit produksi di daerah Gurah pada tahun 1960-an. Keputusannya membuat rokok sigaret kretek linting klobot atau yang disebut SKL itu sangat tepat lantaran permintaannya tengah meningkat pesat.

Bisnis Gudang Garam terus berkembang dan naik kelas di tahun 1969. Dari skala industri rumahan, berubah status menjadi firma. Usahanya semakin berkembang, sehingga dalam kurun waktu dua tahun saja, perusahaan mentahbiskan diri menjadi perseroan rerbatas (PT).

Surya memimpin perusahaan ini hingga ia menutup mata pada tahun 1984. Setelah meninggal, roda kepemimpinan perusahaan diambil alih oleh Tjoa To Hing atau Rachman Halim yang merupakan kakak dari Susilo Wonowidjojo, Presiden Direktur Gudang Garam Tbk saat ini.

Pada tahun 1990 Gudang Garam melakukan langkah bersejarah dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga mengubah statusnya menjadi perusahaan terbuka. Saat itu, Gudang Garam menerbitkan sebanyak 57.807.800 saham bernilai nominal Rp1.000 per saham. (Baca juga:Bawaslu Beberkan Tren Pelanggaran Netralitas ASN)

Saat ini saham mayorita Gudang Garam dikempit oleh PT Suryaduta Investama sebanyak 69,29% dan PT Surya Mitra Kusuma sebesar 6,26. Selebihnya dimiliki oleh Susilo sendiri sebesar 0,09% dan Juni Setiawati Wonowidjojo 0,58%, dan pihak lain 23,78%.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: