Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjaga Ketahanan Pangan Ala Warga Desa Ganesha Mukti

Menjaga Ketahanan Pangan Ala Warga Desa Ganesha Mukti Kredit Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bertepatan dengan hari ketahanan pangan sedunia dan masih maraknya pandemi Covid-19, isu ketahanan pangan menjadi penting, tidak hanya bagi pemerintah juga bagi masyarakat. Isu ini menyeruak karena adanya kebutuhan masyarakat terhadap pangan yang bermutu dan asupan gizi  yang dapat menunjang daya tahan tubuh.

Banyak program yang dikembangkan untuk mengentaskan isu ketahanan pangan ini. Lahan gambut tipis yang memiliki fungsi budidaya juga ikut dilirik. Kabar baik dari lahan gambut datang dari Desa Ganesha Mukti, Kecamatan Muara Sugihan, Sumatera Selatan. Warga yang juga berprofesi sebagai petani telah menerapkan pertanian alami tanpa membakar lahan dan juga telah berhasil menyediakan cadangan pangan rumah tangganya.Baca Juga: Tingkatkan Ketahanan Pangan, BRG Gelar Pelatihan Kelola Lahan Tanpa Bakar

Kepala Desa Ganesha Mukti, Tuwon mengatakan, pertanian alami yang diterapkan adalah sistem tabur benih langsung. Sistem ini muncul karena warga tidak menginginkan terjadi kebakaran lagi di desanya.

"kami tidak mau terulang lagi kebakaran lahan, juga sudah ada larangan membakar," ucap dia.

Sistem ini juga bersinergi dengan konsep Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) yang digagas oleh Badan Restorasi Gambut (BRG). Saat ini, Tuwon mengatakan, warga mampu menghasilkan 4.800 ton beras putih,  ratusan ton beras merah, dan berton-ton beras hitam dari areal pertanian seluas 1.200 hektare.

"Itu dihasilkan sekali panen. Ini baru satu kali," kata dia, Jumat (16/10/2020).

Menurut Tuwon, PLTB membawa dampak positif karena mampu menjaga lahan gambut dari kebakaran, memenuhi kebutuhan pangan warga dan menambah penghasilan. Tuwon mengatakan, di masa pandemi ini, warga desa tak begitu terpengaruh. Terutama mengenai pasokan pangan. Klaim ini bukan tanpa alasan. Dia menyebut, sejak dahulu warga selalu menyimpan gabah kering di rumah masing-masing.

"Jadi ada budaya sejak saya kecil, stok makan keluarga harus dicukupi. Sisanya baru dijual," ucap dia.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: