Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jurus Bakmi Naga & Batavia Cafe Bertahan di Masa Pandemi

Jurus Bakmi Naga & Batavia Cafe Bertahan di Masa Pandemi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wabah Covid-19 yang merebak di Indonesia berdampak pada semua sektor industri. Salah satu yang terdampak adalah industri food & beverange. Hal ini karena pusat-pusat perbelanjaan ditutup untuk mengurangi penyebaran virus mematikan tersebut.

CEO & Franchisor Bakmi Naga Resto & Batavia Cafe, Susanty Widjaja, mengamini hal tersebut. Ia mengatakan, sebelum dilanda Covid-19, resto miliknya selalu ramai pengunjung setiap harinya karena berada di pusat perbelanjaan ataupun tempat yang strategis. Namun, mendadak semuanya berubah; pengunjung tak lagi bisa makan di tempat pasalnya mal-mal ditutup karena adanya Pembatan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca Juga: 7 Barang yang Banyak Dibeli Orang Saat Pandemi, Peluang Bisnis Nih!

"Sales terbesar kami dine in sehingga cashflow-nya pasti terganggu," kata Susanty dalam webinar online bersama Warta Ekonomi, Kamis (8/10/2020).

Namun, ia tak pantang menyerah. Susanty menuturkan, seorang pengusaha restoran tidak boleh menyerah dengan keadaan; harus bisa survive dan kreatif.

Di tengah pandemi, ia justru membuka outlet baru dengan konsep yang berbeda. Biasanya, untuk franchise sebuah restoran miliknya harus memiliki luas 80-100 meter persegi, tetapi kali ini ia menawarakan kepada calon investor dengan bentuk outlet-outlet yang minimalis.

"Outlet yang tadinya ada di pusat perbelanjaan, sekarang ditempatkan ke lokasi yang lebih strategis seperti di pujasera, rest area, maupun outdoor. Dengan konsep tersebut, calon investor bisa memiliki outlet Bakmi Naga dengan harga yang terjangkau," tutur Susanty.

Susanty mengatakan, agar mudah dijangkau oleh masyarakat, Bakmi Naga juga hadir dalam bentuk motor tiga roda hingga gerobak.

"Ini untuk menyasar ke perumahan maupun perkantoran, dari segi kuantitas dan harganya pun kami lakukan penyesuaian. Jika di mal harganya sekitar Rp30 ribuan per porsi, kini kami sesuaikan menjadi lebih murah," katanya.

Tak sampai di situ, ia juga melihat konsumen masih merasa khawatir untuk berpergian atau makan di luar rumah. Oleh karena itu, pihaknya meluncurkan mie yang bisa dimasak sendiri oleh konsumen sehingga konsumen bisa tetap menikmati bakminya tanpa harus merasa khawatir mengenai kebersihannya.

Susanty juga memastikan Bakmi Naga selama ini menyajikan makanan yang sehat. Contohnya, bakminya tidak mengandung bahan kimia atau pengawet, baksonya tidak mengandung boraks, dan lainnya.

"Salah satu yang kami buat adalah bakmi ayam kampung siap masak, sementara untuk Batavia Cafe kami membuat frozen food," kata Susanty.

Dari segi penjualan, Susanty juga mengubah haluan dari offline ke online. Pasalnya, ia melihat saat ini telah terjadi perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja. "Biasanya offline di mana konsumen datang dengan sendirinya ke outlet kami, kini kami mulai shifting ke digital shopping," katanya.

Adapun langkah pencegahan terjadinya penularan Covid-19, konsumen bisa memesan bakmi secara delivery atau dine take away.

Di outlet-pun waiters wajib menggunakan sarung tangan dan face shield, menyediakan hand sanitizer, serta adanya penyemprotan disinfektan. Tak hanya itu, Bakmi Naga dan Batavia Cafe pun mengimbau konsumen untuk melakukan transaksi digital.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: