Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ADB: Ini Kunci Pemulihan Ekonomi Asia Pasca-Covid-19, Teknologi Digital dan ....

ADB: Ini Kunci Pemulihan Ekonomi Asia Pasca-Covid-19, Teknologi Digital dan .... Kredit Foto: Reuters/Cheryl Ravelo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ada peluang pertumbuhan baru bagi skala usaha dan industri di Asia Pasifik berkat platform digital dan perangkat berbasis teknologi lain. Tren itu berpeluang berkontribusi signifikan terhadap pemulihan berkelanjutan di kawasan tersebut akibat pandemi COVID-19.

Publikasi Asian Development Bank (ADB) Report 2021 menganalisis kemajuan Asia dan Pasifik kerja sama dan integrasi regional, serta mengkaji dampak pandemi terhadap perdagangan, investasi lintas negara, integrasi keuangan, dan pergerakan manusia.

"Selama pandemi, negara-negara di Asia dan Pasifik memanfaatkan kemajuan teknologi dan digitalisasi untuk pemulihan dan terhubung kembali ke perekonomian global. Teknologi membantu terjalinnya kaitan global baru yang membuka peluang ekonomi yang demikin besar, sekaligus memiliki risiko dan tantangan tersendiri," ujar Ekonom Kepala ADB, Yasuyuki Sawada.

Baca Juga: Isu Merger Gojek-Tokopedia dan Segala Potensinya Atasi Persaingan di Pasar Indonesia

Baca Juga: 74,59% Orang di Indonesia Siap Vaksin COVID-19, Kata ....

Di dalam laporan itu juga terdapat peran dan potensi teknologi digital dalam pembangunan inklusif dan berkelanjutan, cara teknologi digital menggerakkan pemulihan setelah pandemi dan cara percepat transformasi digital, sekaligus mengelola risiko secara efektif.

Sawada juga berkata, "Sangatlah penting untuk menerapkan kebijakan dan peraturan guna mengelola disrupsi dan memaksimalkan manfaat ekonomi digital yang terus tumbuh ini, serta menjaga kelangsungan manfaatnya lewat peningkatan kerja sama regional."

Pada 2019, pendapatan dari platform digital bisnis-ke-konsumen mencapai $3,8 triliun di dunia;  48% di antaranya ($1,8 triliun) berasal dari Asia dan Pasifik—setara dengan 6% PDB kawasan ini.

Estitmasinya, angka itu meningkat tajam pada 2020, seiring banyaknya transaksi bisnis—seperti pemesanan ojek dan taksi, pengantaran makanan, dan e-commerce—yang bermigrasi ke ruang digital di tengah pembatasan guna menahan laju penyebaran COVID-19.

Percepatan transformasi digital berpotensi meningkatkan output, mendorong perdagangan dan usaha, serta membuka lapangan kerja secara global.

Laporan ADB yang sama menyebut, naiknya ukuran sektor digital global hingga 20% mampu meningkatkan output global rerata $4,3 triliun per tahun, dari 2021-2025. Dalam perhitungan yang sama, Asia Pasifik akan meraih dividen ekonomi lebih dari $1,7 triliun per tahun, atau lebih dari $8,6 triliun sepanjang 5 tahun hingga 2025.

Peningkatan penggunaan teknologi digital akan menciptakan sekiranya 65 juta pekerjaan baru setiap tahunnya di Asia Pasifik hingga 2025, sedangkan perdagangan regional sekiranya juga akan naik $1 triliun per tahun sepanjang 5 tahun ke depan.

Pemerintah dapat menggali dan meraih manfaat perekonomian digital melalui kebijakan dan reformasi guna memajukan infrastruktur dan konektivitas digital, sekaligus akses ke infastruktur dan konektivitas tersebut.

Langkah-langkah itu, antara lain: mendorong persaingan yang adil dan menyempurnakan berbagai proses terkait kemudahan berusaha, serta meningkatkan jaminan kerja dan perlindungan sosial agar selaras dengan pekerjaan digital.

Laporan itu pun menekankan perlunya perhatian pada privasi dan keamanan data, perpajakan, kemitraan antara lembaga publik dan swasta, serta kerja sama di tingkat kawasan. 

Apalagi, kinerja perdagangan kawasan itu tampaknya akan pulih lebih cepat daripada perkiraan. Pertumbuhan volume perdagangan barang di Asia mencatat angka terburuk yaitu -10,1% year-on-year pada  Mei, tetapi perlahan terus membaik dan berada di level positif sejak September 2020.

Aliran investasi secara global dan ke Asia sekiranya turun lebih dalam lagi pada 2020, setelah sebelumnya mengalami penurunan investasi asing langsung ke Asia hingga 7,7% menjadi senilai $510,5 miliar pada 2019. Meski demikian, merger dan akuisisi perusahaan di Asia akhir-akhir ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seiring pembukaan jalur ke beberapa negara dan melonggarnya pembatasan terkait pandemi.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: