Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trading Bitcoin Cs Tanpa Perantara, Symblox Tantang UniSwap

Trading Bitcoin Cs Tanpa Perantara, Symblox Tantang UniSwap Kredit Foto: Unsplash/Andre Francois Mckenzie
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anda mungkin terbiasa dengan trading (jual-beli) aset kripto, seperti Bitcoin di bursa biasa yang sentralistik. Namun, trading Bitcoin Cs tanpa perantara yang desentralistik, bagaimana rasanya? Itulah yang kini sedang dikebut oleh Symblox yang praktis menantang keunggulan Uniswap.

Trading aset kripto secara desentralistik artinya transaksi berlangsung di aplikasi khusus di blockchain. Perdagangan seperti itu tak memerlukan sistem order book, sebagaimana yang terjadi di bursa aset kripto biasa.

Baca Juga: Venezuela Mulai Gencarkan Penambangan Kripto

Lagipula, aset kripto di bursa biasa tidak begitu likuid karena sedikitnya pihak yang berperan sebagai market maker. Itulah alasan mengapa ketika aset kripto baru diperdagangkan di bursa, perdagangannya tidak dinamis dan begitu mudah ditinggalkan para trader.

Nah, bursa aset kripto desentralistik menjawab itu dengan memanfaatkan smart contract (sistem bahasa pemrograman di blockchain) khusus agar perdagangan terjadi secara otomatis dan langsung.

Sistem book order pun digantikan dengan sistem liquidity pool, di mana nilai kurs atas pair aset kripto tertentu ditentukan dengan seberapa banyak aset kripto yang dibenamkan oleh pihak lain. Pihak ini mendapatkan imbalan aset kripto tertentu dan trader mendapatkan nilai tukar yang terbaik.

"Dalam konteks itu Symblox besutan Velas, perusahaan asal Swiss itu memastikan penggunaan smart contract yang lebih unggul daripada Uniswap, dengan nilai likuiditas yang lebih tinggi dan slippage yang lebih rendah," ujar CH Egan, Marketing Executive Symblox di Jakarta, Selasa (1/12/2020).

Dengan demikian, besar kemungkinan proses pertukaran/swap antar-aset kripto gagal karena trader mendapatkan harga yang lebih pantas.

Symblox sebagai aplikasi DeFi (decentralized finance) memanfaatkan blockchain Velas. Blockchain ini bertenaga artificial intuition alias intuisi buatan, menyerupai intuisi psikologi manusia—berpangkal dari konsep "sinkronisitas" oleh psikilog ternama, yakni Carl Jung.

Sistem ini memastikan galat (error) sistem diperbaiki secara otomatis tanpa mengonfigurasi ulang sistem dengan banyak. Blockchain Velas juga dikenal jauh lebih cepat daripada blockchain Ethereum, berkat konsensus Delegated Proof-of-Stake (DPoS).

Protokol konsensus ini memastikan hanya segelintir pihak tertentu yang memvalidasi transaksi di blockchain Velas, dengan tambahan voting oleh pihak lain terhadap validator itu. Validator menjaminkan aset kripto Velas (VLX) dengan jumlah tertentu. Di sistem Symblox, aset kripto Velas (VLX) juga berperan dominan karena bisa diperdagangkan langsung dengan aset kripto lainnya.

"Symblox juga telah menerbitkan sistem tata kelola (Symblox Governance System) yang memungkinkan pemegang aset kripto SYX untuk menyarankan, memperdebatkan dan menerapkan perubahan pada Symblox, tanpa mengandalkan atau memerlukan persetujuan dari kami sama sekali," kata Egan.

Sektor DeFi sendiri amatlah baru di ekosistem blockchain-aset kripto. Namun, DeFi sangat diapresiasi karena kini bernilai triliunan rupiah, berdasarkan data terakhir dari DeFiPulse.

"Hal itu dianggap wajar karena DeFi menjanjikan kemudahan, berbiaya murah, dan trader bisa mendapatkan keuntungan strategis. Di situlah blockchain Velas dan Symblox memainkan perannya," sebut Egan.

Keunggulan lain yang dicapai Symblox adalah pemanfaataan TokenBridge sebagai protokol lintas blockchain, antara blockchain Velas dan blockchain Ethereum. Egan menyebutkan, protokol itu memungkinkan memproses hingga 50.000 transaksi per detik, biaya juga sangat murah dengan user interface yang fast response.

TokenBridge banyak digunakan oleh pihak lain, di antaranya Thundercore, Ethercore, Artis, Ocean Protocol, Energy Web Foundation, xDAi, dan Binance.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: