Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Adopsi Kripto Berkembang Pesat, Platform Kripto Malah Ketar-Ketir, Ada Apa?

Adopsi Kripto Berkembang Pesat, Platform Kripto Malah Ketar-Ketir, Ada Apa? Kredit Foto: Unsplash/Aleksi Raisa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tahun 2020 telah menjadi saksi percepatan dalam adopsi kripto di Afrika. Benua ini muncul sebagai wilayah terbesar kedua untuk perdagangan peer-to-peer (P2P), dan dua negara Afrika berada di peringkat delapan teratas indeks adopsi kripto Chainalysis.

Namun, pertumbuhan yang pesat telah menarik perhatian regulator keuangan Afrika, memicu kekhawatiran bahwa terburu-buru memperkenalkan pengawasan ketat dapat menghentikan inovasi dalam industri kripto lokal.

Nigeria telah memimpin pertumbuhan benua pada 2020, mem-posting volume P2P mingguan antara US$5 juta hingga US$10 juta atau sekitar Rp74 miliar hingga Rp148 miliar, diikuti oleh Kenya dan Afrika Selatan dengan masing-masing antara US$1 juta dan US$2 juta atau sekitar Rp14 miliar dan Rp28 miliar per minggu.

Baca Juga: Emas Mulai Dibuang, Bitcoin Makin Disayang-sayang

Baca Juga: Bisa Nafas Lagi, Platform Kripto India Gencar Kampanyekan Iklan Bitcoin

Perwakilan dari pertukaran P2P kripto Paxful menyatakan bahwa Afrika telah menjadi wilayah dengan pertumbuhan terkuat pada 2020, mencatat juga ada pertumbuhan dramatis di negara-negara kecil seperti Ghana dan Kamerun.

Pertukaran terpusat juga telah melaporkan lonjakan aktivitas perdagangan. Luno melaporkan volume gabungan senilai US$549 juta atau sekitar Rp8,1 triliun dari pelanggan Nigeria dan Afrika Selatan bulan lalu, meningkat 49% dibandingkan dengan awal 2020. Pertukaran juga mencatat bahwa pendaftaran pelanggan baru meningkat 122% dari kuartal keempat 2019 hingga kuartal kedua 2020.

Marius Reitz, manajer umum Luno untuk Afrika, mengatakan kepada publikasi bisnis Quartz bahwa meningkatnya permintaan untuk kripto didorong oleh manfaat yang ditawarkan mata uang virtual di atas sektor perbankan lokal yang terkenal eksklusif.

Reitz mencatat bahwa aset kripto melihat peningkatan popularitas di antara komunitas besar pekerja Afrika yang tinggal jauh dari negara asal mereka, dengan biaya yang tinggi pada valuta asing di seluruh benua yang mendorong para migran ini untuk menjelajahi aset kripto.

"Permintaan yang kami lihat sekarang adalah hasil dari tantangan yang dialami orang-orang di seluruh Afrika," kata Reitz dikutip dari Cointelegraph, Kamis (24/9/2020).

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: