Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Semakin Naik Kelas dan Dapat Titel The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot Bangga

Semakin Naik Kelas dan Dapat Titel The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot Bangga Kredit Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Didi Kempot adalah penyanyi dan penulis lagu campursari dari Surakarta, Jawa Tengah. Didi Kempot merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan Mbah Ranto. Didi Kempot merupakan adik kandung dari Mamiek Prakoso, pelawak senior Srimulat.

Didi Kempot juga bukan nama baru di blantika musik Indonesia. Ia sudah malang melintang di dunia musik sejak memulai kariernya sebagai penyanyi pertengahan 80-an. Pria bernama asli Dionisius Prasetyo itu memulai jejaknya dengan menjadi penyanyi jalanan.

Nasib baik mulai menyapanya ketika dia hijrah ke Jakarta pada era menjelang akhir 80-an. Di ibu kota Indonesia itu, dia menjadi anggota Kelompok Pengamen Trotoar atau disingkat Kempot. Dari situlah, ia kemudian dikenal dengan nama Didi Kempot. Kepiawaiannya bermusik membuat Musica Studio’s meliriknya. Saat berada di bawah label besar itulah, Didi merilis single Cidro.

Baca Juga: Pansos, Lord Didi Kempot Jadi Duta Shopee

Lagu Cidro yang terinspirasi dari jalinan asmaranya yang gagal ini menyentuh begitu banyak orang. Tak heran jika sampai sekarang, Didi masih sering menyanyikan lagu itu ketika berada di atas panggung.

Perjalanan karier Didi terus menanjak pada era 90-an. Ia mulai bisa tampil di luar negeri. Suriname hingga benua Eropa pun dia jelajahi. Pada 1996, dia bahkan rekaman di Rotterdam, Belanda.

Di negara itulah, ia melahirkan lagu Layang Kangen. Pada 1998, Didi pulang ke Indonesia. Setahun kemudian, ia menggebrak blantika musik dengan merilis lagu Stasiun Balapan.

Nama Didi di genre musik campursari pun kian berkibar di era 2000-an. Setiap lagu yang ia tulis dan rilis selalu mendapatkan sambutan luar biasa bagi para penikmat musik genre ini. Tiap kali tampil di panggung-panggung musik di daerah, penontonnya selalu menyemut. Mereka pun turut bernyanyi dan merasakan derita luar biasa dengan lagu-lagu patah hati yang menjadi ciri khasnya.

Kini, di era menjelang 2020, nama Didi pun kian meroket. Karya-karyanya kini tak hanya dinikmati mereka penyuka musik campursari dengan lagu yang berlirik bahasa Jawa. Generasi milenial masa kini pun mulai menyukai lagu-lagu Didi. Bahkan, mereka yang awalnya tidak paham bahasa Jawa, turut menyukai lagu-lagunya.

Ini membuat keberadaan Didi pun kian didambakan banyak orang. Didi kini tak lagi tampil di panggung biasa. Popularitasnya di kalangan milenial membuat Didi ‘naik kelas.’ Jika dulu tiket konsernya tergolong murah meriah, kini, tiket konsernya bisa mencapai jutaan rupiah.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: