Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kiai Hasyim Gak Masuk Buku Kamus Sejarah, NU Protes Keras ke Nadiem: Kami Tersinggung & Kecewa

Kiai Hasyim Gak Masuk Buku Kamus Sejarah, NU Protes Keras ke Nadiem: Kami Tersinggung & Kecewa Kredit Foto: Instagram Nadiem Makarim
Warta Ekonomi -

Nama muassis atau pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadhratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari tidak tercantum dalam buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Buku yang terbit dalam bentuk soft copy tersebut sudah kadung menyebar dan viral dan mendapat banyak protes.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum NU Circle atau Masyarakat Profesional Santri, R. Gatot Prio Utomo yang melayangkan protes keras kepada Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Pihaknya mengaku tersinggung dan kecewa atas penerbitan buku itu.

"Kami tersinggung dan kecewa atas terbitnya Kamus Sejarah Indonesia ini. Kamus itu memuat foto Hadhratussyaikh KH Hasyim Asy’ari tetapi tidak ada entry nama beliau sehingga berpretensi menghilangkan nama dan rekam jejak sejarah ketokohanya. Kami meminta kamus itu direvisi dan ditarik dari peredaran," katanya sebagaimana dilansir NU Circle, Senin (19/4).

Baca Juga: PKB Protes Keras Kamus Sejarah Indonesia Kemendikbud, Hasyim Asy'ari Gak Ada, Abu Bakar Ba'asyir Ada

Gatot menjelaskan, kekecewaan pihaknya amat beralasan. Sebab, pada 7 Ramadhan, atau bertepatan Senin (19/4), Nahdliyin sedang memperingati hari wafatnya Kiai Hasyim. Sebagaimana diketahui, kakek Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Dur itu wafat 76 tahun lalu secara kalender Hijriah. 

"Melihat isinya, bisa dikatakan para pejabat Kemdikbud saat ini jauh lebih mengenal tokoh-tokoh penjajah Belanda dan Jepang daripada tokoh pejuang yang menjadi imam warga Nahdliyin di seluruh nusantara. Ini harus diluruskan," ujarnya.

Menurut Gus Pu, panggilan karib Gatot Prio Utomo, kamus sejarah ini tidak dapat menjadi rujukan pembelajaran di sekolah dan madrasah. Jika hal ini dilakukan, generasi muda nantinya akan kehilangan tokoh-tokoh nasional, yang berjuang hidup dan mati, untuk merebut kemerdekaan RI.

"Sejarah tidak boleh dihilangkan dengan cara-cara seperti ini. Jangan sampai kamus seperti ini disebarkan ke sekolah-sekolah dan menjadi rujukan pembelajaran. Hal ini bisa menyesatkan para siswa," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: