Bulan September lalu, para pekerja migran mengatakan kepada Los Angeles Times terkait kondisi kerja yang sulit di pabrik-pabrik Top Glove. Mereka menceritakan jam kerja 72 jam per minggu, asrama dengan kondisi sesak dan rendahnya gaji.
Beberapa minggu kemudian, Top Glove mengatakan mereka meningkatkan gaji untuk kompensasi biaya perekrutan para karyawan, setelah mendapatkan rekomenasi dari konsultan independen.
Glorene Das, direktur Tenaganita, LSM yang memusatkan pada hak buruh, mengatakan sejumlah perusahaan Malaysia yang menggantungkan diri pada pekerja migran "tidak memenuhi keperluan mendasar para pekerja mereka."
"Para pekerja ini rentan karena mereka tinggal di asrama yang sesak dan melakukan pekerjaan tanpa kemungkinan jaga jarak," katanya kepada BBC.
"Selama masa pandemi, perusahaan memiliki tanggung jawab besar terhadap karyawan. Namun kami mendengar kasus para buruh tidak mendapatkan makanan cukup dan bahkan gaji mereka ditahan," tambahnya.
Saham Top Globe jatuh 7,5% Selasa (24/11/2020), setelah pengumuman penutupan pabrik. Tetapi sepanjang tahun ini, harga saham perubahan itu telah meningkat empat kali lipat, lapor Reuters.
Lihat Sumber Artikel di Viva Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Warta Ekonomi dengan Viva. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Viva.